Sabtu 08 Jun 2019 19:56 WIB

Kemuliaan Asiyah dan Jatuhnya Firaun

Raja Ramses II boleh berpikir dia adalah penguasa dunia.

Piramida Giza di Mesir peninggalan Firaun yang binasa akibat kesombongannya mengaku tuhan
Foto: AP
Piramida Giza di Mesir peninggalan Firaun yang binasa akibat kesombongannya mengaku tuhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Raja Ramses II boleh berpikir dia adalah penguasa dunia. Ia mengklaim dirinya seorang raja paling berkuasa di muka bumi, seorang raja paling hebat sepanjang sejarah Mesir yang dijuluki Ramses The Great, seorang firaun yang telah membangun berbagai monumen dan proyek raksasa.

Namun, atas segala kesombongannya itu, Ramses ternyata tidak mam pu menguasai hati seorang perempuan bernama Asiyah binti Muzahim. Sejak awal, Ramses tidak memilikinya, meski Asiyah berstatus sebagai istri penguasa Mesir itu. 

Setelah ditinggal mati oleh istri pertamanya, Sang Firaun merasa kesepian dan menghendaki seorang istri. Ramses lalu mengutus seorang menteri bernama Haman untuk meminang Asiyah. Namun, Asiyah menolaknya. Dia tidak peduli seberapa banyak emas yang disimpan oleh Ramses, juga berapa luas wilayah yang dikuasainya.

Satu hal yang dia pedulikan adalah seberapa besar keimanan seseorang kepada Allah. Namun, jelas Sang Firaun yang mengangkat dirinya sendiri sebagai Tuhan tak memiliki kualitas itu. ‘’Bagaimana saya sudi menikahi Firaun? Sedangkan, dia terkenal sebagai raja yang ingkar kepada Allah,’’ ujarnya. 

Sang utusan menyampaikan kabar tersebut ke pada Ramses. Firaun marah dan mengutus ten tara untuk menangkap orang tua Asiyah. Mereka disiksa dan dikurung. Firaun melakukan hal tersebut untuk mengancam Asiyah. Bila Asiyah tak mau dinikahi, Ramses berjanji akan membakar hidup-hidup kedua orang tua Asiyah tepat di hadapannya. Ancaman itu membuat Asiyah luluh. Dia sadar tidak akan mampu melihat orang tuanya menderita. 

Asiyah lalu menerima pinangan tersebut, namun dengan sejumlah syarat. Syarat tersebut adalah membebaskan orang tuanya dan memberikan mereka rumah yang indah serta menjamin kesejahteraan kedua orang tuanya. Asiyah pun menolak untuk tidur bersama sang firaun. Bila permintaan tersebut tidak dikabulkan, Asiyah rela mati dengan kedua orang tuanya. Firaun akhirnya luluh dan menyetujui semua prasyarat itu. 

Sebagai istri Firaun, Asiyah tentu mendapatkan segala kemewahan. Namun, hal tersebut tidak membutakan hatinya. Asiyah tetap menjadi manusia yang selalu percaya pada Allah sebagai Tuhannya. Dia pun selalu berdoa pada Allah agar selalu dijaga kehormatannya. Atas permintaan tersebut, Allah menciptakan jin yang selalu menyaru sebagai Siti Asiyah. Dialah iblis yang setiap malam tidur dan melayani Firaun di atas ranjang. 

Ibu Musa

Semasa hidupnya, Asiyah juga dipercaya Allah untuk menjaga takdir peradaban Islam. Suatu ketika, Firaun Ramses II didatangi oleh seorang peramal. Peramal itu mengatakan bahwa kelak dia akan dibunuh oleh seorang lelaki dari Bani Israel. Namun, lelaki tersebut saat ini masih bayi.

Mendengar hal itu, Sang Firaun langsung memerintahkan bala tentaranya untuk membunuh seluruh bayi lelaki Bani Israel sehingga menutup kemungkinan bayi itu tumbuh dewasa dan membunuh Sang Penguasa Mesir. Bahkan, seorang ibu Bani Israil yang sedang hamil pun ditunggui oleh tentara Firaun. Jika ia melahirkan seorang bayi lelaki, tentara itu akan langsung membunuhnya.

Namun, Allah punya skenario yang lebih baik. Allah menyelamatkan salah satu bayi dari ke turunan Bani Israel. Dia adalah Musa. Musa kecil ditemukan Asiyah se waktu sedang mandi di sungai dekat istana. Asiyah tiba-tiba melihat peti berisi bayi lelaki. Bayi itu diambil dan dibawanya pulang ke istana. Asiyah pun berusaha meyakinkan Firaun agar tidak membunuh anak tersebut.

Seperti dikutip dalam surah al-Qashash ayat 9, ‘’(Ia) biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah ka mu membunuhnya. Mudahmu dahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut menjadi anak sedangkan mereka tidak menyadari,’’ kata Asiyah.

Sang Firaun menyetujuinya. Bayi itu bahkan diangkat menjadi putra Firaun Ramses II. Asiyah pun menjaga bayi tersebut dengan seluruh cinta yang dimilikinya. Berkali-kali Asiyah menyelamatkan Musa dari kemurkaan Firaun. Seperti saat Musa kecil, tiba-tiba sang bayi mencabut jenggotnya. Firaun yang kesakitan menjadi sangat marah dan memerintahkan pengawalnya untuk membunuh Musa. Namun, Asiyah segera mencegahnya. Dia meyakinkan Firaun bahwa Musa kecil belum mengerti atas apa yang dilakukannya.

Asiyah berhasil membesarkan tokoh kunci dalam takdir hidup Firaun di bawah batang hidung raja zalim itu sendiri hingga dewasa. Musa tumbuh menjadi pemuda yang gagah berani. Meskipun bukan anak kandungnya, rasa cinta Asiyah tak kurang terhadap Musa. Dia mengkhawatirkan keadaan Musa selayaknya seorang ibu kandung. Dia selalu mendoakan Musa agar bisa mendapatkan kemenangan atas Firaun.

Asiyah tidak hanya telah membuktikan diri sebagai hamba Tuhan yang baik, namun juga sebagai ibu yang baik dan pengasih. Asiyah termasuk sedikit di antara manusia yang namanya terukir dalam Alquran. Kepadanya, Allah berikan tempat yang mulia di sisinya

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement