Jumat 07 Jun 2019 13:13 WIB

Tiga Masjid Bersejarah di Afrika

Daratan Afrika nan luas masih memiliki sejumlah masjid lain yang telah berusia tua

Masjid Kairouan
Foto: islamic-arts
Masjid Kairouan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Selain Jazirah Arab, darat an Afrika pun merupakan salah satu pusat penyebaran Islam di masa lalu. Tak heran, jika di ‘benua hitam’ ini terdapat banyak peninggalan terkait sejarah perkembangan Islam. Mulai dari mas jid, istana, taman, madra sah, perguruan tinggi, benteng, dan lain-lain. Masjid al-Azhar di Kairo, Mesir, adalah salah satu peninggalan itu. Namun, tak hanya al- Azhar.

Daratan Afrika nan luas masih memiliki sejumlah masjid lain yang telah berusia tua dan menyimpan sejarah penting yang patut diketahui kaum Muslimin. Masjid-masjid itu di antaranya: Masjid al-Atiq di Mesir, Masjid Qairawan di Tunisia, dan Masjid Djenne di Mali. Mari kita telusuri satu demi satu. 

Masjid Qairawan 

Terletak di Kota Qairawan, Tunisia, masjid ini adalah yang tertua di Afrika Utara. Masjid Qairawan dibangun pada 675 M oleh Uqbah bin Nafi, panglima Islam yang membebaskan Afrika Utara pada masa Bani Umayyah. Masjid ini berbentuk segi empat. Tiang penyangganya terbuat dari batu pualam, sedangkan dinding bagian dalam dan langit-langit dihiasi ukiran dan kaligrafi ayat-ayat Alquran. Kubah berukuran besar dan agak rendah, sedangkan menara untuk mengumandangkan azan dibuat menjulang tiga tingkat.

Masjid al-Atiq 

Ini adalah masjid tertua di Mesir. Masjid ini dibangun oleh Amru bin Ash, seorang pahlawan Islam yang menaklukkan Mesir, tepatnya di sebelah utara Benteng Babilonia. Secara arsitektur, Masjid al-Atiq yang beratap datar mengadopsi gaya bangunan Mesir kuno. Di bagian dalam masjid, terdapat enam deret pilar marmer, dan tiap deret memiliki 21 lengkungan (arcade). Pada deretan pertama dekat mihrab terdapat pilar kembar yang mempunyai empat menara setinggi 105 kaki. Masjid ini dilengkapi tempat bermalam bagi para musafir dan kolam untuk umum. 

Masjid Djenne 

Secara arsitektur, masjid yang berada di Kota Djenne, Mali, ini tergolong bangunan unik. Masjid ini dibangun pada 1240 M di masa pemerintahan Sultan Koi Kunboro. Hampir seluruh bangunan masjid dilapisi tanah liat yang berguna sebagai penahan panas matahari. Pada siang hari, dinding masjid berangsurangsur menyerap panas dari luar dan pada malam hari menjadi dingin kembali.

Masjid Djenne mempunyai ventilasi atap dengan tutup keramik. Bagian depan masjid mempunyai kesamaan struktur dengan rumah tradisional Djenne, termasuk tiga buah menara yang bagian puncaknya ditutup telur burung unta. Bagi masyarakat setempat, telur burung unta adalah perlambang kesuburan dan kesucian. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement