Rabu 05 Jun 2019 10:06 WIB

Khatib Shalat Id Istiqlal: Islam Ajarkan untuk Memaafkan

Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk berlemah lembut dan memaafkan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ratna Puspita
Shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (5/6).
Foto: Republika/Sapto Andiko Condro
Shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (5/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan menteri aga RI Prof Said Agil Husin Al Munawar menjadi imam dan khatib shalat Idul Fitri 1440 Hijriah di Masjid Istiqlal Jakarta, Rabu (5/6). Guru Besar Ilmu Tafsir Hadis UIN Syarief Hidayatullah ini menyampaikan khutbah dengan tema "Idul Fitri Menebar Maaf Membangun Kebersamaan". 

Dalam khutbahnya, Prof Said menjelaskan Islam mengajarkan untuk memaafkan, sehingga umat Islam hendaknya saling memaafkan di momen Idul Fitri ini. "Islam mengajarkan untuk memaafkan, karena memaafkan merupakan bentuk ucapan tulus yang menenangkan. Dengan memaafkan berarti kita telah Berhasil meredam amarah," ujar Prof Said di Masjid Istiqlal Jakarta, Rabu (5/6).

Baca Juga

Seperti yang dikehui, kata dia, meredam amarah termasuk bagian dari sifat kelemahlembutan hati. Sedangkan kelemahlembutan adalah akhlak mulia yang harus kita miliki sebagai wujud penghambaan yang baik kepada Allah SWT. 

"Mampu mengendalikan amarah dan mampu bersikap bijaksana menjadi tolak ukur keimanan kita kepada-Nya," ucapnya.

Bijaksana di sini dalam artian, mampu mempertimbangkan baik dan buruknya dari keputusan yang akan dilakukan. Namun, pada kenyataannya akhlak mulia ini seringkali diabaikan oleh manusia, apalagi ketika emosi amarah telah menguasai jiwa dan pikiran mereka, sehingga setiap tindakan yang muncul selalu berakibat negatif bagi dirinya atau pun orang lain.

"Tidak sedikit orang yang menyesali perbuatannya setelah melakukan tindakan fatal karena tidak mampu mengendalikan amarahnya. Oleh karena itu, kita harus bisa mengelola amarah sehingga menjadi energi positif dalam hidup kita," katanya.

Dalam menghadapi masalah yang memancing kemarahan, menurut dia, Rasulullah pun senantiasa mengajarkan kepada umatnya untuk berlemah lembut dan memaafkan. Karena hal itu merupakan obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan kemarahan, emosi, dan juga dendam akibat kezaliman yang dilakukan seseorang. 

"Dengan memaafkan kita bisa menguraikan dendam di hati yang timbul akibat amarah yang tidak terkendali," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement