REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Yayasan Aksi Cepat Tanggap Kepulauan Riau memberikan layanan pemeriksaan kesehatan gratis untuk pemulung yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Telaga Punggur, Kota Batam. Layanan pemeriksaan kesehatan Gratis ini merupakan salah satu respons cepat tanggap ACT Kepri terhadap kasus gizi buruk di Batam.
Program Implementator ACT Kepri, Intan Komalasari di Batam, Selasa (4/6), menyatakan ACT menggandeng Klinik Medika Panbil, Rumah Bidan Hanika, Kimia Farma dan Amanah Catering untuk memberikan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan dilakukan kepada 50 orang anak-anak dan lansia yang tinggal di Kampung Teluk Wahing, sekitar TPA Telaga Punggur.
Ia menyatakan, sejak November 2018, ACT Kepri telah melakukan pendampingan melalui program Mobile Social Rescue (MSR) terhadap dua balita penderita gizi buruk di Kota Batam. Kedua penderita gizi buruk tersebut, Athalla Adnan dari Batu Aji meninggal pada 7 Januari 2019 dan Fadih Ulumudin dari TPA Punggur meninggal pada 23 Mei 2019.
"ACT bersama Tim Relawan Squad MSR Kepri aktif melakukan advokasi kesehatan terhadap kedua PM MSR penderita gizi buruk mulai dari advokasi kesehatan melalui Jamkesda hingga aktivasi BPJS BIP," kata dia. ACT juga memberikan bantuan pangan khusus balita gizi buruk kepada keduanya.
Selain kasus gizi buruk, ACT juga telah mendampingi belasan penerima manfaat MSR dengan sejumlah masalah kesehatan yang bervariasi.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kepri Tjetjep Yudiana, di Tanjungpinang menyatakan sebanyak 13 persen dari 300 ribu orang balita di wilayah itu menderita gizi buruk. Tjetjep mengemukakan daerah di Kepri yang paling banyak balita menderita gizi buruk yakni Lingga dan Natuna.
Secara umum, kata dia gizi buruk pada balita di daerah tersebut bukan disebabkan kemiskinan, melainkan penyakit lainnya yang membuat balita tersebut sulit mengonsumsi makanan. "Di Kepri banyak jenis makanan yang mengandung protein, seperti ikan segar, udang, cumi dan makanan laut lainnya," ujarnya.
Beberapa kasus lainnya ditemukan, kelainan pada fisik bayi atau balita menyulitkan mengonsumsi makanan yang bergizi. Selain itu, cukup banyak ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya sehingga bayi kekurangan gizi.
"Ada ibu-ibu yang memang tidak mau menyusui bayinya. Ada juga disebabkan kesibukan sehingga tidak dapat menyusui bayinya," tuturnya.