REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pada 1853, seorang sarjana Barat Heinrich Barth mengunjungi Timbuktu untuk mencari peninggalan Ahmad Baba. Saat itu, ia menemukan 40 buku karya sang cendekiawan di pusat perbukuan Universitas Sankore. Karya-karya Ahmad Baba yang ditemukan Barth adalah tulisan biografi serta ulasan-ulasan Ahmad Baba tentang berbagai persoalan dalam dunia Islam.
Melihat karya-karya itu, Barth berkesimpulan, intelektualitas Ahmad Baba diperoleh karena semasa hidupnya ia banyak membaca buku serta mengamati pola hidup masyarakat. Menurut Barth, semasa hidupnya Ahmad Baba memiliki koleksi 1.600 buku yang ia simpan di perpustakaan pribadi dan perpustakaan Universitas Sankore.
Sayangnya, banyak warisan Ahmad Baba yang hilang ketika situasi di Mali tidak Aman. Ketika Ahmad Baba pindah ke Maroko dan menetap di negara itu selama belasan tahun, saat itulah sejumlah karyanya raib.
Meski demikian, Barth tetap dapat merasakan betapa berpengaruhnya seorang Ahmad Baba bagi dunia Islam. Berkat pemikiran-pemikirannya yang tertuang dalam banyak karya, literatur Islam pada abad pertengahan semakin berkembang.
''Karya-karyanya didasarkan pada pengalaman subjektif serta dilengkapi dengan landasan agama yang kuat. Hal inilah yang menjadi keunikan sekaligus keunggulan karya Ahmad Baba,'' kata Barth