REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di era digital, banyak masyarakat yang mengandalkan transaksi elektronik untuk memudahkan segala aspek kehidupan, mulai dari perbankan, belanja, bahkan untuk berbagi. Kemutakhiran dan cepatnya transaksi membuat banyak lembaga kemanusiaan yang turut memanfaatkannya, salah satunya Badan Amil Zakat Nasional (Banzas) untuk menarik minat masyarakat untuk berzakat.
Deputi Baznas, Arifin Purwakananta mengatakan, sejak dikenalkan pada 2016, animo masyarakat untuk berzakat melalui platform digital terus mengalami peningkatan. Hingga kini, 10 persen dari total zakat nasional berasal dari transaksi zakat digital.
Dia memperkirakan 2020 nanti, zakat digital terus berkembang hingga sepertiga atau 30 persen dari total keseluruhan zakat. "Sekarang 10 persen atau sekitar 28 miliar dapat diraih melalui zakat digital," kata Arifin saat ditemui di Jakarta, Jumat (24/5).
Dia mengatakan saat ini, muzaki masih lebih banyak yang mengandalkan pembayaran konvensional, khususnya para generasi tua yang memang cukup awam dengan era digital. Di sisi lain, Baznas juga tidak memaksakan para muzaki untuk berpindah dari zakat langsung ke zakat berbasis digital.
"Jadi untuk generasi tua, kami biarkan berzakat melalui mode konvensional seperti counter, transfer bank, atau moda pembayaran langsung. Tapi anak-anak muda, kami layani dengan digital seperti ini dan sangat luar biasa Responnya terhadap zakat digital ini," kata Arifin.
Sejak 2016 lalu, target zakat digital selalu terpenuhi, bahkan melampaui target. Seperti Ramadhan tahun ini, Baznas menargetkan Rp 8,5 miliar terkumpul dari zakat digital. Meksi belum tercapai, Arifin yakin nantinya target tersebut akan cepat tergapai.
"Masih belum, karena kebanyakan masyarakat itu berzakat di tanggal-tanggal akhir ramadhan. Tapi saya optimistis dengan zakat digital ini," kata dia.
Dia berharap, ke depannya, zakat digital ini dapat melahirkan inovasi baru yang dapat lebih menarik minat generasi muda untuk berzakat dengan lebih menyenangkan, nyaman dan aman. Inovasi ini, kata dia, juga diharap mampu menginspirasi dunia bahwa digital bukan hanya dapat diandalkan sebagai alat pemermudah transaksi bisnis dan perbankan, tapi juga sebagai pemudah penuntasan kewajiban sebagai Muslim.
CEO Rumah Zakat Nur Efendi mengatakan, hingga saat ini animo masyarakat untuk menunaikan zakat melalui transaksi digital terus meningkat. Banyak muzaki yang beralih dari transaksi konvensional ke digital, yang dianggap lebih mudah dan efisien.
"Responsnya sangat positif dari masyarakat, bisa dilihat dari tren setelah 2014, transaksi virtual semakin tinggi dan konvensional semakin turun. Jadi memang ada yang mengalihkan cara transaksinya, dari konvensional ke digital, ada pula yang memang dari awal sudah tertarik ke digital," kata Nur saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (24/5).
Sejauh ini, Nur mengatakan, rata-rata muzaki yang mengandalkan digital sebagai cara berzakat adalah para milenial. Jika dibandingkan, 60 persen muzaki dari zakat digital adalah milenial dan sisanya adalah para orang tua. Jika dilihat pembayarannya, 80 persen zakat yang masuk berasal dari transaksi digital dan dua 20 persen lainnya dari transaksi langsung.
Adapun target yang digantungkan Rumah Zakat dari zakat digital ini adalah 80 persen dari 100 persen target zakat Ramadhan. Sejauh ini, pencapaian juga terus meningkat 20 hingga 25 persen dari target yang ditetapkan.
Dia berharap, zakat melalui digital ini dapat tumbuh lebih baik, dan dioptimalisasikan secara maksimal. Menurut dia, potensi dari transaksi digital ini dapat lebih dikembangkan melalui peningkatan sosialisasi, distribusi dan pengembangan kemudahan fitur.