Jumat 24 May 2019 22:29 WIB

Pemimpin Tercerahkan

Menjadi pemimpin yang tercerahkan berarti kian takut kepada Allah SWT

Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: A Ilyas Ismail     

Sebagai kelompok berpengaruh, the ruling class, para pemimpin memiliki kedudukan penting dalam masyarakat. Bahkan, mereka menyumbang andil besar dalam menentukan kemajuan atau kebangkrutan suatu bangsa. Dalam adagium Arab terdapat ungkapan, 'al-nas 'ala dini mulukihim' (rakyat selalu mengikuti agama para pemimpin mereka).

Baca Juga

Ini berarti, pemimpin adalah teladan dan panutan umat qudwah hasanah. Oleh sebab itu, pemimpin harus memiliki akhlak mulia dan keluhuran budi pekerti. Pemimpin tidak cukup hanya terdidik. Mereka juga sekaligus harus tercerahkan.

Di negeri kita, tidak selalu ada korelasi positif antara keterdidikan dan ketercerahan. Betapa banyak orang yang secara akademik sangat terpelajar dengan gelar yang berderet-deret, tetapi secara moral sangat mengecewakan karena hanya memperkaya diri, korup, dan memperbudak rakyat.

Sebagai pemimpin umat, para nabi dan rasul senantiasa memohon kepada Allah agar jalan hidup mereka diterangi oleh cahaya dan petunjuk-Nya. Nabi Musa AS ketika mendapat tugas berdakwah menghadapi Raja Firaun yang zalim dan memperbudak rakyat, beliau berdoa, ''Ya Allah, lapangkanlah untukku dadaku.''(Thaha: 25).

Nabi Muhammad SAW sendiri telah memperoleh pencerahan itu. Dikatakan, Allah telah melapangkan dadanya, menghilangkan beban atau kesulitannya, dan meninggikan nama dan sebutannya (Alam Nasyrah: 1-4). Rasulullah SAW pernah ditanya tentang makna melapangkan dada, syarh al-shadr itu? Jawab beliau, ''Cahaya Allah yang dimasukkan ke dalam hati manusia.''

Jadi, syarh al-shadr itu bermakna pencerahan jiwa atau semacam spiritual enlightment yang membuat jalan hidup seseorang menjadi lapang dan terang benderang. Dengan pencerahan ini, ia secara pribadi memiliki komitmen yang kuat untuk tunduk dan patuh kepada kehendak Tuhan.

Secara sosial, ia tunduk kepada nilai-nilai kolektif seperti kebenaran, keadilan, kedamaian, dan kemanusiaan yang berguna bagi kemaslahatan hidup umat manusia di muka bumi. Pencerahan jiwa ini, menurut pakar tafsir al-Razi, lebih terang daripada matahari.

Cahaya matahari bisa terhalang oleh awan, tetapi pencerahan jiwa tidak. Ia terus menaik, mendekati Allah (Fathir: 10). Cahaya matahari tenggelam di waktu malam, sedangkan pencerahan jiwa di waktu malam justru makin terang dan berbinar-binar. Firman Allah:

 ''Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.'' (al-Muzammil: 6). Jadi, pencerahan itu sesungguhnya merupakan persyaratan mutlak bagi seorang pemimpin.

 Pencerahan itu akan membuatnya memiliki nurani dan mata hati, serta kepekaan terhadap segala penderitaan rakyat. Sebagai bangsa kita benar-benar membutuhkan para pemimpin yang tercerahkan. Sebab, hanya pemimpin yang tercerahkan agaknya yang akan mampu membawa bangsa ini keluar dari krisis. Wallahu a'lam.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement