Jumat 17 May 2019 19:29 WIB

Dari Mana Akhlak Bermula?

Pembentukan akhlak sudah terjadi bahkan sejak janin masih di kandungan ibu

Akhlak mulia (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Akhlak mulia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah akhlak, perilaku terpuji, dan sopan santun seseorang tidak terjadi dengan tiba-tiba. Pembentukan akhlak berjalan serentak bersama pembentukan kepribadian, yang dimulai sejak dalam kandungan, lalu dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Pembentukan akhlak mulai dari dalam kandungan. Artinya, si janin telah menerima pengaruh dari sikap ibu yang sedang mengandungnya. Apabila sang ibu merasa senang menunggu kelahiran anaknya, maka pengaruh yang diterima anak adalah pengaruh positif lewat hubungannya dengan syaraf-syaraf ibunya.

Baca Juga

Tentu saja, sikap ibu terhadap janin yang dikandungnya, terpengaruh oleh suasana hubungannya dengan sang suami. Apabila hubungan antara keduanya tidak baik, tentu akan mengganggu ketentraman batin si istri yang sedang mengandung itu.

Goncangan batin itu pada gilirannya akan mempengaruhi syaraf-syarafnya yang berhubungan dengan tubuh janin. Selanjutnya benturan negatif yang dialami janin akan mempengaruhi pembentukan kepribadian anak yang akan lahir. Inilah, barangkali, mengapa orang Islam dilarang menikah dengan orang yang berbeda agama, dan juga dilarang menceraikan wanita yang sedang hamil.

Setelah si bayi lahir, pembentukan akhlaknya terjadi lewat penglihatan, pendengaran, penciuman, pencicipan, dan sentuhan. Pada saat inilah peranan ibu amat penting dalam pembentukan awal dari akhlak si anak. Latihan dan pembiasaan terhadap akhlak terpuji sejak usia dini akan baik pada pembentukan kepribadian anak.

Hubungan antara ibu dan bapak juga sangat berpengaruh pada kepribadian si anak. Apabila sikap ibu dan bapak terhadap dirinya sejalan, maka pembentukan akhlaknya lebih mudah. Namun jika sikap keduanya bertentangan, si anak akan goncang. Pasalnya, ia belum mampu memilih mana yang terbaik dari keduanya untuk nantinya diserapnya masuk ke dalam kepribadiannya yang sedang tumbuh.

Selanjutnya, pengaruh guru juga besar terhadap pembentukan akhlak anak, terutama mereka yang masih kecil. Gurulah yang akan memperbaiki pembentukan akhlak yang kurang baik yang ia dapat di rumah, misalnya, karena orang tua menyerahkan pendidikan anak kepada pembantu.

Namun yang lebih penting dari itu semua, peranan agama juga sangat penting dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Remaja yang memperoleh pendidikan agama sejak kecil, akan mengurangi goncangan jiwa yang mereka alami, sebab mereka akan mampu mengendalikan diri. Itulah sebabnya, Nabi SAW memerintahkan kita untuk mengenalkan agama kepada anak-anak sejak dini. n

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement