Kamis 16 May 2019 16:28 WIB

Pusat Astronomi UEA Prediksi Idul Fitri Berbeda Antarnegara

Pusat astronomi UEA prediksi potensi perbedaan Idul Fitri.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
(Ilustrasi) pengamatan hialal
Foto: Antara/Zabur Karuru
(Ilustrasi) pengamatan hialal

REPUBLIKA.CO.ID,  

 

Baca Juga

ABU DHABI – Pusat Astronomi Internasional (IAC) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), memprediksikan awal Syawal atau Hari Raya Idul Fitri 1440 H di sebagian besar negara-negara Islam, yang berpotensi berbeda tahun ini. 

Menurut situs resmi IAC, seperti dilansir dari Khaleej Times, Kamis (16/5), penampakan bulan sabit kemungkinan tidak akan muncul dari semua benua pada Senin (3/6). Hal itu karena bulan di hari tersebut muncul sebelum matahari terbenam dan atau konjungsi toposentris terjadi setelah matahari terbenam. 

IAC mengatakan, dimungkinkan untuk melihat bulan hanya dengan teleskop di beberapa bagian barat Amerika pada 3 Juni. Sementara penglihatan bulan dengan mata telanjang akan dimungkinkan terjadi di sebagian besar negara-negara Arab, Asia, Afrika, dan sebagian Australia pada 4 Juni. 

"Tidak mungkin melihat bulan sabit dari area yang terletak di bawah warna merah. Bulan sabit diperkirakan dapat dilihat dengan bantuan optik hanya dari area yang terletak di bawah warna biru dan magenta. Di sisi lain, bulan sabit diperkirakan akan mudah terlihat oleh mata telanjang dari area yang terletak di bawah warna hijau," demikian pernyataan IAC merujuk pada gambar peta yang disajikan di situs IAC. 

Menurut IAC, negara-negara yang memulai Ramadhan pada Senin (6/5),  seharusnya menyelesaikan puasa selama 30 hari, yakni pada 4 Juni jika merujuk pada metode pengamatan hilal (rukyat hilal).

Dikatakan, bahwa negara-negara yang memulai Ramadhan pada Selasa (7/5), seperti Brunei, India, Pakistan, Bangladesh, Iran, Oman, dan Maroko, akan menyelesaikan puasa selama 29 hari. Negara-negara itu disebut akan dapat melihat bulan sabit pada 4 Juni. Sehingga pada Rabu (5/6), merupakan hari pertama Idul Fitri.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement