REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nurbowo
Hikmah atau pelajaran adalah mutiara kehidupan umat Islam. Meskipun tidak selamanya bisa terindera, ada baiknya kita mencari hikmah di segenap penjuru kehidupan ini.
"Hikmah adalah kekayaan umat Islam yang tersembunyi, yang harus dicari di manapun ia berada," sabda Rasulullah SAW. Salah satu sumber hikmah adalah syariat atau ajara Islam. Di mana ada syariat, di situ ada maslahat, demikian kesimpulan para ulama.
Maka di bulan suci ini, untuk meningkatkan kualitas ibadah puasa kita, alangkah baiknya jika kita juga memahami hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya.
Di antara sunah berpuasa adalah mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka. "Sebaik-baik umatku," kata Rasul, "adalah yang memperlambat sahur dan menyegerakan berbuka puasa."
Hadis lain mengabarkan bahwa Rasul biasa mengawali buka puasa dengan tiga butir kurma dan seteguk air putih. Apa hikmah yang terkandung di dalam ajaran ini?
***
Ilmuwan menjelaskan, setiap zat gizi yang masuk ke tubuh kita akan dikonversi menjadi energi untuk aktivitas tubuh. Kalau ada sisa, zat tersebut akan disimpan dalam sel tubuh (sel kulit, bantalan mata dan sel ginjal) dalam bentuk lemak dan glikogen.
Cadangan gizi inilah yang sewaktu-waktu akan dibakar menjadi energi, jika tubuh tidak mendapat suplai pangan dari luar. Saat kita berpuasa, cadangan energi tersebut dibongkar dan dirombak menjadi energi, sehingga melonggarkan pernafasan sel-sel tubuh penyimpannya. Ini lazim disebut peremajaan sel.
Maka, orang yang sering berpuasa niscaya kulitnya segar berseri. Apalagi jika puasanya berlandaskan keimanan dan tidak semata-mata demi kesehatan, sehingga beninglah hatinya dan jernih pikirannya.
Cadangan energi dalam tubuh kita itu, menurut penelitian, cukup untuk 12 jam. Lewat masa itu, sel-sel otak bisa kekurangan suplai darah segar. Akibatnya bisa fatal.
Oleh karena itu, kita tidak dianjurkan berpuasa lebih dari 12 jam untuk mencegah kerusakan sel tubuh. Hanya keajaiban atau mukjizat yang bisa melawan sunnatullah itu.
Dengan demikian, begitu kita mengakhiri puasa, zat yang utama kita butuhkan adalah zat gula yang merupakan bahan baku glikogen. Selain untuk bahan bakar energi, zat gula itu juga diperlukan untuk membuat cadangan baru glikogen.
Kurma memiliki kandungan kalori tinggi dan mudah dicerna. Berbuka puasa dengan kurma dapat mengatasi kekurangan kalori akibat penggunaan energi sehari-hari. Kurma juga mengandung antioksidan yang tinggi.
Jadi, sangat beralasan jika Rasulullah menyunahkan untuk mempercepat berbuka puasa dengan menyantap buah kurma.
Kalaupun bukan kurma, tetap dianjurkan makanan lain yang banyak mengandung zat gula, misalnya kolak atau penganan manis lainnya. Kebiasaan bersantap kurma ini bukan harga mati untuk umat Muhammad SAW.