REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daquqa adalah kota yang kaya kandungan minyak bumi. Sehingga, Provinsi Kirkuk— Induk dari kota Daquqa—diberi julukan At-Ta’mim,yang berarti nasionalisasi. Julukan itu mengacu pada kepemilikan Irak terhadap cadangan minyak bumi dan gas alam.
Sumur minyak pertama di Kirkuk ditemukan di Baba Gurgur, sebuah wilayah tak jauh dari Kirkuk pada 1927. Tak lama kemudian, sumur minyak lainnya ditemukan di Darquqa. Jumlahnya mencapai 50 sumur minyak. Ladang minyak itu kemudian diolah oleh perusahaan minyak bumi Irak pada tahun 1934.
Cadangan minyak di Kirkuk, khususnya Daquqa, sungguh luar biasa. Setelah 70 tahun dieksplorasi, ladang minyak di Kirkuk masih mampu memproduksi hampir setengah dari total ekspor minyak Irak.
Selama kekuasaan Saddam Husein, ladang minyak di Kirkuk mulai rusak. Antara April 2003 hingga Desember 2004, tercatat ada 123 serangan terhadap infrastruktur energi Irak. Sekitar 7.000 kilometer sistem pipa minyak juga rusak. Irak harus memperbaiki infrastruktur tersebut dengan biaya yang tidak sedikit.
Terlepas dari perusakan pipa minyak, banyak juga yang mencuri dan menyabotase pipa tersebut setelah Perang Teluk berakhir. Jaringan pipa dari Kirkuk melalui Turki ke Ceyhan di Laut Mediterania merupakan satu dari dua rute utama untuk ekspor minyak Irak di bawah program Minyak untuk Makanan setelah Perang Teluk berakhir. Sesuai dengan mandat PBB, minyak yang melalui Turki sedikitnya harus 50 persen dari total ekspor. Terdapat dua jaringan pipa paralel yang dibangun pada tahun 1977 dan 1987.
Pada Maret 2003, tentara Amerika dan Inggris menginvasi Irak untuk menggu ling kan kekuasaan Saddam Husain. Sebuah pemerintahan sementara dibentuk hingga pemerintahan yang baru dapat dipilih secara demokratis. Sejak April 2003, bangsa Kurdi dan beberapa bangsa Arab kembali ke Kirkuk untuk mengambil kembali tanah mereka yang diduduki bangsa Arab yang berasal dari Irak tengah dan selatan.