REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pendidikan karakter menurut ajaran Islam sebenarnya dimulai sejak periode prenatal. Artinya pendidikan dimulai sejak anak masih di dalam kandungan.
Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, saat menjadi pembicara Pengkajian Ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di kampus ITB-AD pada Senin (13/5).
Muhadjir menjelaskan, seperti kasus stunting yang harus diantisipasi sejak anak masih di dalam kandungan sehingga anak yang lahir dalam kondisi sehat dan baik. "Pembentukan sikap dan mental anak akan terlihat baik tidaknya dari sikapnya, sikap itu dasar pertama untuk melakukan sesuatu atau tidak," kata Muhadjir.
Dia menjelaskan, kalau sikapnya positif maka perilakunya positif. Sebaliknya kalau sikapnya negatif perilakunya negatif. Sementara mental berkaitan dengan ketahanan seseorang dalam menghadapi sesuatu.
Artinya pendidikan karakter harus dibentuk sejak dini agar anak memiliki sikap yang positif dan mental yang baik, sebab semakin dewasa seorang anak akan semakin sulit dibentuk karakternya, karena karakternya yang sekarang sudah dibentuk sejak kecil.
"Ketika saya jadi menteri yang pertama kali digulirkan adalah pendidikan karakter, karakter kuat, multitalenta, luwes, pembelajar sepanjang hayat, inovatif, menjadi warga negara Indonesia dan global," ujarnya.
Menurutnya, dalam pendidikan ada tiga hal yang harus dikerjakan. Di antaranya aspek afektif berkaitan dengan sikap, kognitif berkaitan dengan penanaman pengetahuan, dan psikomotorik berkaitan dengan keterampilan yang halus atau kasar. Letak pendidikan karakter ada di tiga hal tersebut tetapi lebih dominan ada pada aspek afektif.
Mendikbud yang menjadi pembicara pada sesi diskusi bertema "Reinvensi Pendidikan Nasional untuk Penguatan Karakter dan Keadaban Bangsa" menegaskan, yang terpenting dalam pendidikan karakter adalah penanaman nilai.
Jadi, kata dia, perilaku manusia berdasarkan pada nilai-nilai yang dijunjungnya. "Nilainya ada tiga yakni kebenaran, kebajikan dan keindahan, ukuran untuk mencapai kebenaran itu adalah logika," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Pengkajian Ramadhan Muhammadiyah tahun ini mengusung tema "Risalah Pencerahan Dalam Kehidupan Keumatan dan Kebangsaan: Tinjauan Ekonomi, Politik dan Sosial Budaya". Pengkajian yang dihadiri sekitar 800 warga Muhammadiyah ini diselenggarakan di kampus ITB-AD pada 12-14 Mei 2019.