Senin 06 May 2019 20:00 WIB

Cikal Bakal Serikat Pekerja di Dunia Islam

Kejayaan peradaban Islam di era keemasan tak bisa lepas dari peran buruh.

Ilustrasi Peradaban Islam
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Peradaban Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kejayaan peradaban Islam di era keemasan tak bisa lepas dari dukungan dan kerja keras para pekerja dan buruh.  Peran para tukang, buruh, dan pekerja dalam membangun kota-kota Islam sungguh sangat besar. Tak heran jika peradaban Islam ditandai dengan munculnya kota-kota besar. 

Baghdad, misalnya, sempat menjadi kota terbesar di dunia dengan jumlah populasi mencapai 1,5 juta jiwa, ujar Prof Ahmed Y Al-Hassan dan Dr Donald R Hill dalam buku bertajuk Islamic Technology: An Illustrated History. Berkat kinerja para buruh dan pekerja yang sangat luar biasa, kota-kota Islam lain pun berlomba menjelma menjadi metropolitan.

Baca Juga

Menurut kedua sejarawan itu, di era keemasan, tak ada satu kota pun di Eropa selain Istanbul yang mampu menyaingi kota-kota di dunia Islam. Menurut al-Hassan, sebagian besar penduduk yang tinggal di kota-kota Islam adalah pembuat berbagai jenis kerajinan tangan dan perdagangan.

Di masa itu, seorang pekerja yang terampil sangat dihargai. Tak heran, jika seorang ayah selalu berambisi agar anaknya kelak memiliki kecakapan dalam salah satu bentuk keterampilan, papar Al-Hassan dan Hill. Dalam bahasa Arab, kata untuk pertukangan, profesi, dan industri diturunkan dari akar kata sn'—yang memiliki konotasi dasar ‘membuat’ atau ‘manufaktur’. 

Tukang disebut sani', sedangkan arti kata san'a adalah ‘manufaktur’, dan sina'a sering digunakan untuk menunjuk sebuah profesi atau bidang usaha. Contohnya, sebuah dermaga kering tempat pembuatan kapal disebut rumah sina'a atau dar al-sina'a.

Pada masa itu, para pekerja sudah mulai berorganisasi lewat serikat pekerja. Kajian tentang buruh dan pekerja dalam peradaban Islam memberikan hasil yang sangat menarik, ungkap Al-Hasan dan Hill. Betapa tidak, budaya Islam terdapat rasa hormat yang sama terhadap semua jenis pekerjaan, usaha, dan pertukangan. 

Yang menarik lagi, di kota-kota Islam di Timur sudah terdapat organisasi sosial seperti futuwwah. ''Anggotanya terutama anak-anak muda dari kelas pekerja,'' cetus Al-Hassan dan Hill. Sebuah futuwwah, biasanya memiliki pengaruh yang kuat di kalangan para pekerja. Organisasi semacam ini kadang-kadang menampakkan semacam oposisi terhadap perbedaan kelas.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement