Jumat 03 May 2019 22:49 WIB

Puasa dan Kemalasan

Puasa seyogianya tak identik dengan menebar kemalasan

 Anak Laki laki SD Malas Belajar (ilustrasi).
Foto: Republika/Musiron
Anak Laki laki SD Malas Belajar (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Makmun Nawawi     

Salah satu pemandangan yang jamak dijumpai selama bulan Ramadhan adalah banyaknya orang yang rebahan dan tidur-tiduran, dan tampak terkulai lemas di masjid-masjid. Semoga fenomena ini bukan merupakan cermin dari kemalasan dan kelemahan orang-orang yang berpuasa.

Baca Juga

Dilihat dari sisi manapun, kemalasan tetap merupakan sisi naif sekaligus negatif dari manusia. Si pemalas tak hanya merupakan karikatur dari sebuah mental yang rapuh, tapi juga menjadi bahan cibiran bagi banyak orang.

Bahkan Wahiduddin Khan, pemikir kelahiran India, menilai kemalasan sebagai kejahatan besar yang menyebabkan seseorang membuang-buang talenta terbaik yang dimilikinya sehingga ia tak pantas mengarungi kehidupan.

Ketika pengangguran menjadi masalah krusial sebuah bangsa, seperti juga bangsa ini, maka kemalasan merupakan musuh besar dan momok yang amat menakutkan bagi bangsa tersebut.

Karena itu, Umar bin Khattab kerap kali mengutarakan kekecewaannya pada orang-orang yang malas. Sedangkan Nabi Muhammad SAW, dalam doanya, sering meminta perlindungan kepada Allah dari sifat malas.

Bahkan, beliau juga mencemaskan kalau-kalau kemalasan menimpa umatnya. Sabda beliau dalam sebuah hadis, ''Perkara yang paling kutakutkan menimpa umatku adalah besar perut atau doyan makan, terus-menerus tidur, kemalasan, dan lemah keyakinan.'' (HR Daruquthni)

Betapa banyak orang yang dianugerahi kecerdasan dan keunggulan, namun begitu ia dihinggapi kemalasan, serta-merta etos dan cita-citanya hancur, bakatnya lenyap, ketajaman visinya redup, dan potensinya menjadi lumpuh.

Siapapun yang terlena dengan kemalasan dan membiarkan banyak kesempatan lepas begitu saja, maka hal itu identik dengan membuang ''jatah'' hidup yang sudah Allah sediakan untuknya. Maka, Nabi pun mengingatkan, ''Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu karenanya, yaitu kesehatan dan kesempatan.'' (HR Bukhari)

Ramadhan seyogianya tak identik dengan menebar kemalasan bagi para sha'imin dan sha'imat, karena banyak peristiwa spektakuler dan penuh heroisme justru terjadi pada bulan Ramadhan.

Misalnya, awal pembentukan sariyyah (satuan militer) yang dipimpin Hamzah bin Abi Thalib (1 H), persiapan menghadapi Perang Badar Shugra dan selesai pada 7 Syawal (3 H), persiapan Perang Ahzab, yaitu menggali parit dan selesai pada bulan Syawal (5 H).

Demikian pula dengan peristiwa Fathu Makkah, di mana berhala-berhala dihancurkan. Khalid menghancurkan patung 'Uzza, Umar menghancurkan patung Suwa', dan Sa'ad bin Zaid menghancurkan patung Manat, dan hal itu terjadi pada 21 Ramadhan 8 H.

Kaum Muslimin berhasil mengalahkan Romawi dalam Perang Buwaib pun terjadi pada Ramadhan 13 H. Masuknya balatentara kaum Muslimin di berbagai sudut kota Andalus (Spanyol) terjadi pada Ramadhan 91 H, kemenangan Thariq bin Ziyad atas kaum Salib di bawah pimpinan Roderick juga terjadi pada Ramadhan 92 H. Dan masih banyak peristiwa besar lainnya dalam sejarah Islam yang terjadi pada bulan Ramadhan.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement