Kamis 02 May 2019 11:19 WIB

Dompet Dhuafa Bangkitkan Perekonomian Masyarakat Sumberwaru

Salah satu upaya membangkitkan perekonomian melalui budidaya ikan kerapu.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Budidaya ikan kerapu di Sumberwaru, Situbondo, Jawa Timur.
Foto: Humas Dompet Dhuafa
Budidaya ikan kerapu di Sumberwaru, Situbondo, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, SITUBONDO -- Dompet Dhuafa bekerja sama dengan BCA Syariah berusaha membangkitkan perekonomian masyarakat Sumberwaru, Situbondo, Jawa Timur (Jatim). Salah satu usahanya melalui budidaya ikan kerapu.

Manager Corporate Partnership Dompet Dhuafa Filantropi, Sulis Tiqomah, menjelaskan Indonesia pada dasarnya memiliki anugerah laut yang begitu luas dengan berbagai sumber daya ikan di dalamnya. Indonesia juga dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, karena luas laut dan jumlah pulaunya.

Baca Juga

Panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 kilometer (km) dengan luas wilayah lautnya mencapai 5,4 juta kilometer persegi. Angka tersebut mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta kiloneter persegi. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara dengan karunia sumber daya kelautan yang besar.

"Termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan nonhayati kelautan terbesar," kata Sulis.

Namun sumber daya kelautan tersebut, belum dapat maksimal pemanfaatannya. Nelayan Indonesia masih jauh dari kata sukses dan makmur. Masyarakat pesisirnya juga masih berada dalam level ekonomi yang cenderung begitu saja.

Melihat kondisi tersebut, BCA Syariah bersama Dompet Dhuafa, bercita-cita memajukan perekonomian para nelayan Indonesia, khususnya di pesisir Situbondo, Jawa Timur. Kolaborasi #JanganTakutBerbagi Dompet Dhuafa dengan BCA Syariah tersebut, mengambil lokasi Desa Sumberwaru, berada di dekat Taman Nasional Baluran.

Menurut Sulis, potensi lokal kelautan, sentra nelayan dan pertanian cukup melimpah di Sumberwaru. Bentangan pantai yang menghadap taman nasional, seharusnya menjadi potensi peningkatan ekonomi masyarakat pesisir. Namun kehidupan warga di lokasi tersebut, rata-rata penghasilan penduduknya hanya Rp 20 ribu per hari.

"Padahal mereka memiliki kekayaan lokal tersebut, jika dimaksimalkan akan mendongkrak perekonomian masyarakat Sumberwaru," tambah dia.

Di 2017, dia melanjutkan, Dompet Dhuafa sebenarnya telah menginisiasi program pemberdayaan masyarakat Sentra Perikanan Pesisir Situbondo. Tujuannya, kata dia, untuk mendongkrak perekonomian masyarakat setempat.

Pada guliran program tersebut, sebanyak 25 Kepala Keluarga (KK) tercatat sebagai penerima manfaat pemberdayaan, di sentra budidaya perikanan Kerapu. Kali ini, sentra tersebut kembali mengambil teknik budidaya jaring atau keramba apung dan pembenihan. Pada pelaksanaannya, masyarakat penerima manfaat tergabung dalam Gabungan Kelompok Nelayan dan mendapatkan pelatihan.

"Juga pendampingan, serta pengembangan kemampuan di bidang budidaya kerapu," jelas Sulis melalui pesan resmi yang diterima Republika.co.id, Kamis (2/5).

Sejak 2017 bergulir, program tersebut kini dinilai telag membuahkan hasil. Masyarakat mulai terampil sebagai pembudidaya kerapu jaring apung. Bahkan akhir April ini, para penerima manfaat program juga tengah panen dan menikmati hasil budidayanya.

“Alhamdulillahnya, di program tersebut, kami tidak berjalan sendirian. Ada BCA Syariah yang turut menyalurkan semangat berbagi untuk memberdayakan masyarakat peisisir Situbondo. Kini penerima manfaat sudah memanen hasilnya,” tambah Sulis.

Sementara itu, Kepala Satuan Kerja Bisnis dan Komunikasi BCA Syariah, Yanto Tanaya mengaku, bangga dapat ikut serta dalam program pemberdayaan perekonomian masyarakat pesisir Situbondo. Dana sosial yang disalurkan memang bagian zakat dari nasabah yang dititipkan melalui pihaknya.

"Kami turut senang dengan bergulirnya program tersebut. Mengingat program tersebut sudah menunjukkan hasilnya dan masyarakat perlahan terangkat perekonomiannya, sekaligus menjadi potensi perekonomian baru di Sumberwaru,” ungkap Yanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement