Rabu 01 May 2019 23:23 WIB

Jerman dan Kisah Tahanan Muslim

Jerman pula yang menyemangati para tahanan Muslim untuk getol shalat lima waktu.

Pasukan Handschar, tentara Muslim Jerman pada Perang Dunia 1
Foto: tangkapan layar
Pasukan Handschar, tentara Muslim Jerman pada Perang Dunia 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Di masa Perang Dunia I, Jerman melihat Islam sebagai alat untuk mencapai tujuan politik dan militernya.

“Jerman yang justru mengawasi apakah para tahanan Muslim menjalankan praktik agama mereka atau tidak,'' kata Guru Besar Near Eastern Archaeology, Free University of Berlin, Reinhard Bernbeck.

Jerman pula yang menyemangati para tahanan Muslim untuk getol shalat lima waktu. Khutbah Jumat dipolitisasi dan sebuah surat kabar bernama al-Jihad sengaja diedarkan di Kamp Wunsdorf sebagai alat propaganda.

Jerman juga menghiasi masjid Kamp Wunsdorf sedemikian rupa untuk mengingatkan para tahanan akan kejayaan peradaban Islam termasuk kaligrafi yang menyeru ambil bagian dalam perang suci.

Dengan segala perhitungan yang dilakukan, pada akhirnya hanya sedikit tahanan Muslim dari kamp-kamp Jerman yang terjun ke medan perang melawan Sekutu. Proyek buatan Jerman ini pun gagal total. Setelah 15 tahun berdiri, Masjid Kamp Wunsdorf pun dirobohkan.

Kamp Wunsdorf berdiri di samping Moscheestrasse (Jalan Masjid). Itulah memori tentang Islam yang masih tersisa di kota yang kini berpenduduk 2.485 jiwa itu. Nama jalan itu hanya satu-satunya di seluruh Jerman. Seolah menggambarkan hubungan Jerman dengan Islam, panjang jalan ini hanya 100 meter dengan ujung buntu.

Wunsdorf memainkan peran strategis da lam banyak momen bersejarah Jerman. Sejak akhir Perang Dunia II hingga 1994, Wunsdorf menjadi Pusat Komando Tentara Soviet di Jerman.

Ada sekitar 35 ribu tentara Soviet yang ditempatkan di sana bersama keluarga mereka. Karena itu, daerah ini juga terkenal dengan sebutan Moskow Kecil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement