REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Cahyadi Takariawan
Tinggal beberapa hari lagi, Ramadhan akan segera tiba. Saat indah yang sangat dinantikan oleh seluruh Muslimin di seluruh dunia dengan penuh rasa gembira. Di dalamnya ada pengampunan, ada barakah, ada lailatul qadr dan ada kemenangan, insya Allah. Marhaban, ahlan wa sahlan ya Ramadhan!
Di bulan Ramadhan, seluruh umat Islam di berbagai tempat melaksanakan ibadah puasa. Jika kita kaji menyeluruh, puasa memiliki nilai pendidikan yang amat tinggi dalam pembentukan kesalihan individu dan sosial. Sejak dari menahan hawa nafsu, membiasakan disiplin dan teratur, melatih kesabaran, melatih kekuatan fisik, bahkan juga menumbuhkan rasa kebersamaan (ta'awun) dan persatuan.
Di antara hal yang amat dijaga ketika puasa adalah syahwat perut dan kemaluan, dua hal yang sering menjerumuskan manusia. Oleh karena itu makan, minum dan melakukan hubungan suami istri adalah hal yang membatalkan puasa.
Syahwat perut dan kemaluan merupakan dua kecenderungan yang amat kuat pada diri manusia. Jika diperturutkan, banyak menjerumuskan manusia ke lembah nista.
Pencurian, penipuan, korupsi bisa terjadi karena syahwat perut yang senantiasa diperturutkan. Penyelewengan seksual, hamil sebelum nikah, perselingkuhan, perkosaan terjadi karena syahwat kemaluan yang dlperturutkan. Dengan puasa, melatih manusia mengatur dan mengendalikan desakan nafsu agar tidak menimbulkan kerusakan, bahkan membuahkan barakah.
Rasulullah saw memberikan jaminan surga kepada siapapun yang dapat menjaga kedua syahwat itu. ''Barangsiapa menjamin kepadaku apa yang berada antara kedua rahangnya dan apa yang berada di antara kedua pahanya, maka aku akan menjamin kepada surga."
Puasa juga efektif dalam mengendalikan lisan. Tidak layak bagi seseorang yang puasa mengeluarkan kata-kata kotor, keji, dusta ataupun perkataan yang tidak manfaat.
Rasulullah saw bersabda, "Apabila salah seorang dari kamu berpuasa, janganlah ia berkata kotor dan kasar. Jika seseorang mencari atau menyerangnya, hendaklah ia mengatakan: Aku sedang puasa."
Rasulullah saw mengingatkan puasa seseorang tidak diperlukan Allah jika masih ada ucapan dusta dan amalan yang jahat. "Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan amal jahat, Allah tidak butuh kepada ia meninggalkan makan dan minum."
Dalam bulan Ramadhan ini kita dididik secara efektif untuk menjadi manusia yang memiliki kebersihan jiwa. Maka merugilah mereka yang berpuasa hanya karena kebiasaan dan rutinitas. Mereka berpuasa, tetapi jiwanya tetap kotor, amalannya jelek, perkataannya keji dan kasar.
Mereka itu seperti dikatakan Nabi saw: "Berapa hanyak orang yang puasa tetapi dari puasanya itu tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga. Dan berapa banyak orang yang bangun malam (tarawih) tetapi dari bangunnya itu tidak mendapatkan kecuali keletihan berjaga.''
Ramadhan juga melatih kesabaran jiwa, kekuatan dan kepatuhan kepada ajaran Sang Pencipta. Lapar, dahaga dan letih di siang hari panas akan meneguhkan kesabaran kaum muslimin dalam mentaati perintah Allah, sekaligus persiapan menghadapi masa- masa sulit, yang bisa datang setiap saat. Sabar dalam segala kondisi ini merupakan ciri orang yang bertaqwa (Al Baqarah: 177).
Sayid Qutb memberikan penjelasan, "Puasa adalah medan pemantapan kehendak dan keinginan yang kuat. Sarana bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya melalui taat dan patuh. Arena melepaskan gangguan-gangguan jasmaniyah dan rohaniyah sebagai manifestasi dari kecenderungan untuk mendapatkan ridha-Nya.''
Suasana penuh ketaatan yang terbentuk di bulan suci mempererat ukhuwah dan menciptakan rasa solidaritas. Mereka yang mendapat amanah kekayaan dari Allah bisa merasakan lapar dan dahaga sehingga muncul kecintaan dan kasih sayang sesama manusia. Akhirnya mereka membayarkan zakat dan memberikan infaq sebagai wujud ketundukan kepada Allah Ta'ala.
Marilah kita tanyakan kepada diri kita masing-masing. Sudahkah kita siap menjalan ibadah puasa? Sudahkah kita siap untuk bersungguh-sungguh dalam pengendalian diri melalui puasa?
Sudahkah kita siap untuk menjadikan puasa sebagai sarana pembentukan pribadi muslim yang shalih? Mari kita mulai dari diri sendiri untuk mengawali kebaikan masyarakat. Jika Setiap muslim memiliki kesalihan individu, kesalihan masyarakat akan terbentuk, insya Allah.
Semoga Allah memberi keberkahan Ramadhan tahun ini pada kita semua sehingga menggapai ketakwaan, amin.