Senin 29 Apr 2019 17:17 WIB

Mengenal Al-Jahiz, Penulis Book of Animal

Kondisi serbakekurangan tidak menghambat al-Jahiz untuk terus mencari ilmu.

Book of Animal, al-Jahiz
Foto: Muslimheritage.com
Book of Animal, al-Jahiz

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Adalah Abu 'Utsman' Amr bin Bakar al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri, yang lebih dikenal sebagai Al Jahiz, yang menulis kalimat itu dalam karya fenomenalnya, Book of Animal.

Meski lahir dari keluarga sederhana, bahkan bisa dibilang miskin, Al-Jahiz adalah orang yang beruntung karena hidup pada salah satu babak paling menarik dari sejarah intelektual manusia, yaitu periode transmisi ilmu Yunani ke Arab dan perkembangan sastra prosa Arab. Al-Jahiz terlibat erat dalam kedua periode ini.

Baca Juga

Lahir pada 776, al-Jahiz dibesarkan di Basra, Irak. Kota ini merupakan salah satu pusat intelektual utama di dunia Islam, bersaing dengan Kufah. Pada masa itu, Kekhilafahan Abbasiyah berada dalam masa keemasan. Kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan pendidikan berkembang begitu pesat. Buku-buku, perpustakaan, mudah ditemukan di wilayah kekhilafahan yang memudahkan para pelajar mempelajari berbagai ilmu pengetahuan

Di Basra, al-Jahiz menjalani pendidikan. Ia menimba ilmu di bawah bimbingan beberapa ulama Islam terkemuka. Selain dibimbing oleh para ulama terkemuka, al-Jahiz juga beruntung karena hidup di era perkembangan pesat intelektual, yang salah satunya ditandai oleh kemudahan akses terhadap buku. Perubahan sarana menulis dari perkamen ke kertas telah memunculkan revolusi intelektual.

Untuk pertama kali sejak jatuhnya Kekaisaran Romawi, muncul gelombang masyarakat terdidik di kota-kota Kekhalifahan Islam. Tak hanya dari masyarakat kelas atas, orang-orang terdidik itu juga lahir dari kalangan sederhana, termasuk al-Jahiz.

Meski dari kalangan sederhana, orang tua al-Jahiz sangat mementingkan pendidikan. Berkat merekalah al-Jahiz mampu membaca dan menulis pada usia dini. Suatu kali, al-Jahiz bercerita bagaimana ibunya menunjukkan buku-buku kepadanya sembari mengatakan bahwa dengan cara itulah nantinya ia (al-Jahiz) akan mencari nafkah.

Pada usia menjelang dewasa, yakni 20 tahun, al-Jahiz telah bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Ia menjual ikan di sepanjang kanal Basra.

Kondisi serbakekurangan tidak menghambat al-Jahiz untuk terus mencari ilmu. Ia, misalnya, secara rutin berkumpul dan berdiskusi dengan para pemuda di masjid utama Kota Basra. Dalam diskusi itu, mereka membahas dan mengkaji berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Secara keseluruhan, al-Jahiz menempuh pendidikan selama 25 tahun. Dalam waktu seperempat abad itu, banyak ilmu pengetahuan ia pelajari dan kuasai, mulai dari filologi Arab, leksikografi, sastra, sejarah, ilmu Alquran dan hadis, serta tentu saja zoologi. Al-Jahiz juga banyak membaca buku-buku terjemahan hasil karya bangsa Yunani.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement