REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Aktris Chacha Frederica menceritakan perjalanannya dalam mencari keyakinan dalam beragama hingga akhirnya mantap menjadi seorang Muslim. Wanita yang memiliki darah keturunan Belanda, Cina, dan Jawa itu memang dibesarkan di dua keluarga yang memiliki keyakinan agama berbeda, yakni keluarga Kristen dan Islam.
“Aku dilahirkan dari keluarga dua agama yang berbeda. Kakek aku pendeta, opa aku pengurus majelis taklim. Keduanya punya keimanan yang cukup kuat, keduanya juga merasa yang paling benar tentang agamanya,” kata Chaca di talk show Hijabers Community 2019 di Jakarta, Sabtu (27/4).
Chacha yang kala itu masih berusia sembilan tahun merasakan kebingungan hidup ditengah dua keluarga yang berbeda keyakinan. Bahkan ia pun merasa aneh lantaran dapat merayakan hari besar keagamaan yang berbeda secara bergantian setiap tahun. Berbagai pertanyaan tentang Tuhan pun menghantui Chacha. Kendati demikian, ia tak juga mendapatkan jawaban.
“Nah titik temunya di mana? Umur sembilan tahun aku udah punya pertanyaan Allah itu siapa Yesus itu siapa, simpel. Karena itu jadi isu utama di keluarga aku. Aku natalan ikut natalan, lebaran ikut ketupatan, jadi aku saat itu bingung, kok aku ikut ini, ikut itu sedangkan keluarga lain hanya melakukan satu ritual saja,” kata Chacha.
Sempat Chacha pun melemparkan pertanyaan pada ayahnya kala itu. Namun, hasilnya tak memuaskan. Chacha belum juga menemukan jawaban tentang satu agama yang harus dia peluk sebab Chacha pun tak sepakat dengan pendapat yang menyatakan semua agama itu sama.
Pada akhirnya Chacha pun terdorong mencari tahu lebih dalam tentang agama. Bahkan ia mulai mencari berbagai referensi yang membahas tentang agama. Hingga akhirnya Chacha pun menemukan sebuah buku yang membahas tentang Injil, Alquran, dan sains. Dari situlah, Chacha menemukan perbedaan tentang Islam dan agama lainnya. Ia pun kemudian memutuskan mantap memeluk Islam dan mengenakan hijab.
“Aku pelajari, (agama) pasti ada suatu yang berbeda. Aku baca ada suatu buku nyarinya cukup sulit. Bahasanya Inggris, The Bible, The Quran, and Science. Jadi, long story aku menemukan aku tak suka kata-kata agama itu sama, kalau sama kenapa Islam tak beribadah di gereja saja atau Kristen ibadah di masjid saja. Itu karena memang berbeda. Tapi ini bukan berarti aku tak menghargai. Kalau semua agama mengajarkan kebaikan ya itu aku setuju,” katanya.