REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika itu suasana pasar belum terlalu ramai. Namun, setiap saudagar yang menjajakan dagangannya sudah membuka kiosnya masing-masing. Di antara mereka ada yang masih sibuk merapikan barang dagangannya. Ada pula yang sudah duduk manis menunggu pembeli datang.
Dari puluhan pedagang di pasar, ada satu saudagar yang dikenal ramah terhadap semua pembelinya. Tak jarang kios saudagar yang ramah terhadap pembeli itu ramai dikunjungi, sekalipun kiosnya belum dibuka.
Pedagang yang terkenal ramah kepada setiap pembeli itu bernama Yunus bin Ubaid. Selain ramah, ia juga merupakan saudagar yang selalu mengedepankan kejujuran. Dalam sehari-harinya di pasar, Yunus yang hidup pada era tabiin itu menjual berbagai macam perhiasan. Yunus ketika itu menjadi yang paling pertama membuka kiosnya.
Seperti biasa, setelah selesai membuka kios, Yunus selalu menunaikan shalat dua rakaat. Selama shalat, Yunus menitipkan semua jualannya kepada saudara laki-lakinya. "Kamu tunggu di sini. Saya akan segara kembali," kata Yunus kepada saudaranya seperti dikisahkan dalam buku 101 Kisah Muslim. "Baik, saya juga sementara ini belum ke mana-mana," katanya.
Akhirnya Yunus berlalu meninggalkan kiosnya untuk melakukan kegiatan rutinnya sebelum memulai akad jual beli. Setelah beberapa menit Yunus meninggalkan kios, datang seorang pembeli dari kaum Badui.