Selasa 16 Apr 2019 11:11 WIB

Kubah dalam Peradaban Islam

Kubah sudah menjadi arsitektur populer di laut Mediterania

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Jamaah Shalat Jumat berfoto di depan bangunan Kubah Sakhrakh di kompleks Masjid Al Aqhsa Yerusalem, Jumat (18/5). Penjajah Israel membuka akses wilayah ini bagi jamaah Shalat Jumat wanita, anak-anak, dan laki-laki berumur di atas 40 tahun.
Foto: Mahmoud Illean/AP
Jamaah Shalat Jumat berfoto di depan bangunan Kubah Sakhrakh di kompleks Masjid Al Aqhsa Yerusalem, Jumat (18/5). Penjajah Israel membuka akses wilayah ini bagi jamaah Shalat Jumat wanita, anak-anak, dan laki-laki berumur di atas 40 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kubah (dome) terasa dekat dengan umat Islam. Ya, karena sebagian besar masjid memiliki kubah di atapnya. Sejarah mencatat, sejak abad ketujuh, hampir seluruh masjid di dunia selalu menyertakan kubah sebagai elemen wajib.

Namun, tahukah Anda bahwa kubah sejatinya bukan berasal dari budaya Islam. Jauh sebelum Islam lahir, kubah sudah menjadi arsitektur populer di wilayah Laut Tengah (Mediterania) yang dikelilingi benua Eropa, Afrika, dan Asia.

Baca Juga

Secara bahasa, kubah berasal dari Bahasa Latin, domus yang berarti rumah. Sedangkan, nama kubah, yang juga digunakan di Indonesia untuk menyebut bangunan berbentuk setengah lingkaran itu, berasal dari Bahasa Suriah, qubba. Istilah itu kemudian dipopulerkan di Tanah Arab.

Masjid berkubah pertama dalam sejarah Islam dibangun di Yerusalem, Palestina an tara tahun 685 hingga 691 Masehi oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Dinasti Umayyah.

 

Pembangunan masjid yang dikenal dengan nama Qubbat as-Sakhrah (Kubah Batu) atau Dome of the Rock ini dimulai ketika Yerusalem berada dalam kekuasaan Islam, yakni pada era Khalifah Umar bin Khattab. Masjid yang berada di tengah kompleks al-Haram asy-Syarif, Masjid al-Aqsha, di pusat Kota Yerusalem ini dibangun setengah tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Beberapa tahun kemudian, Masjid Nabawi di Madinah direnovasi dengan arsitektur yang lebih megah. Proyek renovasi Masjid Nabawi dimulai pada tahun 88 hingga 91 Hijriyah, dan dipimpin langsung oleh Gubernur Madinah, Umar bin Abdul Aziz.

Setelah direnovasi, Masjid Nabawi mengalami cukup banyak perubahan, seperti penambahan empat menara di setiap sisi masjid, mihrab yang dihias sedemikian rupa, dan dinding masjid yang dilapisi marmer, emas, dan mozaik marmer warna-warni. Perubahan juga tampak di atap masjid yang diperindah dengan kubah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement