REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: M Ishom Hadzik
Suatu malam, Rasulullah SAW memanggil pembantunya, Rabi'ah Ka'ab Al Aslami, untuk mengambilkan air wudlu dan mengerjakan keperluan lain. Usai Rabi'ah melaksanakan tugas, tiba-tiba Rasulullah bersabda, "Sekian lama engkau mengabdi kepadaku, aku belum sempat membalas jasamu. Sekarang, mintalah yang engkau suka dariku."
Setelah berpikir sejenak, Rabi'ah menjawab, "Ya Rasulullah, aku tak berharap balas jasa. Aku cuma mohon satu hal, perkenankan aku meneruskan pengabdian melayani engkau di surga kelak." Permintaan Rabi'ah membuat Nabi SAW sulit menjawab.
Rasulullah SAW sadar, tak seorang pun mampu menjamin diri sendiri masuk surga, apalagi menjamin orang lain. Karena itu, beliau bertanya lagi, "Bagaimana jika diganti dengan permintaan lain?"
"Cuma itu permohonan saya, wahai Nabi," ujar Rabi'ah.
"Kalau begitu, bantulah aku untuk meluluskan apa yang engkau pinta dengan memperbanyak sujud," ujar Nabi SAW.
Permohonan Rabi'ah, mencerminkan sikap orang awam yang sadar akan keawamannya. Kesadaran ini membangkitkan kecintaan dan pengabdian mereka kepada orang-orang saleh. Kalaupun mereka tak mampu menjadi saleh, setidaknya mereka bisa menyertai orang-orang saleh itu di akhirat kelak.
Rois Akbar Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari, dalam kitabnya Al Nur Al Mubin fi Mahabbah Sayyid Al Mursalin, mengutip syair Arab yang kira-kira bermakna berikut.
"Aku mencintai orang-orang saleh, biarpun aku tak termasuk di antara mereka. Sebab, aku mengharapkan syafaat (pertolongan) mereka. Sebaliknya, aku benci orang-orang yang suka berbuat maksiat, kendati aku punya kesukaan yang sama."
Meski kecintaan terhadap orang-orang saleh bisa mengantarkan seseorang untuk memperoleh syafaat, tapi kecintaan yang hakiki harus ditunjang dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul. Maka, dalam QS 4:69, Allah SWT memberi penegasan.
Terjemahannya, "Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka akan diikutsertakan dengan orang-orang yang telah mendapat nikmat dari Allah, yakni para nabi, para shiddiqin (orang-orang yang sangat jujur dan konsisten memegang agama), para syuhada (para pejuang yang tewas sebagai martir), dan para shalihin (orang-orang yang kaya dengan amal saleh). Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."
Itu sebabnya, kendati Rasulullah saw punya hak untuk meluluskan permintaan pembantunya, beliau tak serta merta mengabulkan, melainkan meminta agar Rabi'ah berusaha mewujudkan keinginannya dengan amal saleh. Antara lain dengan memperbanyak sujud.
Di bulan Ramadhan nanti, kesempatan beramal saleh dan bersujud sungguh terbuka luas. Karena itu, rugilah mereka yang tak mampu memanfaatkan kesempatan emas ini dengan sebaik-baiknya.