REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramadhan segera kembali menyapa umat Islam di seluruh dunia. Sejumlah persiapan pun perlu dilakukan kaum Muslimin agar dapat menjalankan puasa dan ibadah lainnya secara lancar dan maksimal pada bulan itu.
Wartawan Republika Iit Septyaningsih berkesempatan berbincang dengan Cendekiawan Muslim Profesor KH Didin Hafidhuddin untuk membahas seputar Ramadhan sekaligus persiapan menyambutnya. Berikut kutipan wawancaranya.
Apa makna Ramadhan?
Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kemuliaan dan keberkahan sekaligus bulan ibadah dan bulan pendidikan. Tujuan utama dari pendidikan Ramadhan adalah mengantarkan orang pada puncak kemuliaan hidup, yaitu menjadi orang bertakwa. Orang yang beriman pada kemuliaan hidup, yaitu menjadi orang-orang bertakwa sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Baqarah ayat 183 dan al-Hujurat ayat 13.
Orang yang beriman dan ingin meraih kemuliaan hidup melalui ketakwaan, seyogianya mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya menghadapi Ramadhan tahun ini yang, insya Allah, awal Ramadhan jatuh pada minggu pertama Mei 2019.
Apa saja yang perlu dipersiapkan dalam menyambut Ramadhan?
Persiapannya, antara lain, me nyang kut hati dan jiwa yang bersyukur kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya diberikan kesehatan dan panjang umur. Tidak kalah pentingnya, mempelajari kembali ilmu pengetahuan berkaitan dengan ibadah saum yang benar dan makbul. Ajak pula istri atau suami dan anak-anak untuk bergembira dan bersyukur menghadapi Ramadhan tahun ini.
Jangan lupa, Ramadhan tahun ini datang setelah Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif 17 April 2019. Ma ka, sangat tepat pula dijadikan mo men tum islah dan perbaikan hubung an di antara sesama anak bangsa yang mungkin ada gesekan-gesekan terjadi. Saatnya kita bersatu kembali untuk meraih anugrah dan kemenangan dari Allah SWT.
Bagaimana cara mengajak anak yang masih kecil untuk mulai berpuasa?
Dibiasakan dengan cara yang baik. Misalnya, begini, saat mereka susah dibangunkan untuk sahur, ibu dan bapak memangkunya atau menempatkannya di kursi makan bersama, bila perlu disuapi. Jadi, ada sentuhan dari orang tua yang dirasakannya yang tidak dia dapatkan pada hari lain. Perlu dimunculkan sentuhan halus, lalu dengan berdoa, dan lainnya.
Bagaimana agar puasa yang kita jalankan saat Ramadhan tidak siasia?
Saum artinya pengendalian diri. Maka, saat berpuasa pada Ramadhan nanti harus bisa mengendalikan diri. Orang meluncur ke derajat kehinaan karena tidak bisa mengendalikan diri. Misalnya, cinta kepada materi lalu tidak bisa mengendalikan diri, akhirnya korupsi. Maka, kalau orang puasanya benar, dia akan bisa mengendalikan diri.
Puasa ada bermacam-macam, Nabi Muhammad SAW mengatakan dalam hadis bahwa yang dikatakan saum bukan tidak makan dan minum, tapi puasa berarti mengendalikan diri dari perbuatan dan ucapan yang tidak ada gunanya. Kalau orang sudah mengendalikan diri dari hal tidak bermanfaat, maka orang tersebut akan produktif. Ini ciri manusia takwa.
Kebanyakan dari kita saat berpuasa sekadar pindah waktu makan dari siang ke malam. Lalu, ngerumpinya tetap jalan. Jadi, intinya memang harus persiapkan diri. Anugerah Allah jangan disia-siakan. Siapkan mental kita agar ketika masuk Ramadhan, kita senantiasa memproduksi kebaikan. Kalau sebagai pemimpin harus siap menjadi pemimpin yang memproduksi kebaikan dan siap diteladani.
Bagaimana supaya umat Islam dapat menjalankan puasa dengan semangat dan maksimal?
Lakukan muhasabah untuk meningkatkan kualitas saum kita. Faktor keluarga juga harus dilibatkan karena Ramadhan merupakan bulan pendidikan buat keluarga. Kedekatan fisik bisa terjadi pada Ramadhan, kalau biasanya bapaknya sibuk sehingga sulit berkumpul, saat Ramadhan ada momen kebersamaan setidaknya saat sahur.
Buat suasana batin menjadi suasana spiritual yang tidak terjadi pada bulan di luar Ramadhan. Hal itu, salah satunya, bisa dengan sesekali menyempatkan buka puasa di masjid dengan jamaah semua. Ini kenikmatan yang susah dicari di bulan lain.