REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Peristiwa gempa bumi berkekuatan 6,4 SR dan 7,0 SR yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) Agustus 2018 lalu telah menghancurkan infrastruktur, saluran perairan dan fasilitas publik. Bencana itu juga telah menghambat kegiatan warga setempat.
Salah satu kegiatan yang terganggu akibat gempa tersebut adalah proses belajar mengajar. Sejumlah gedung sekolah mengalami kerusakan sedang hingga berat. Karena itu perlu uluran tangan berbagai pihak, termasuk kalangan swasta untuk memberikan bantuan agar proses belajar mengajar bisa kembali berjalan normal.
Menurut Ketua Program ACT NTB, M Romi Saefudin, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan sejumlah kalangan swasta yang peduli dengan musibah tersebut. Salah satunya dengan PT Petrojaya Boral Plasterboard (USG Boral-Jayaboard) dalam membangun kembali Sekolah Dasar Negeri (SDN) 04 Sambik Bangkol, Kabupaten Lombok Utara. “Semoga kerja sama seperti ini bisa terus berlanjut, tidak hanya pemulihan gempa, tetapi juga pemulihan ekonomi warga Lombok," katanya.
ACT bersama Jayaboard, bertekad untuk memberikan yang terbaik bagi korban gempa Lombok hingga mereka kembali menjalani kehidupan normal sebagaimana biasanya. Restorasi gedung sekolah meliputi seluruh ruang kelas, ruang guru dan toilet. Proses pembangunan sekolah diperkirakan sekitar dua bulan terhitung sejak 18 Maret 2019 dengan target serah terima pada awal Mei mendatang.
Untuk kenyamanan dan keamanan para siswa dan guru, Jayaboard menerapkan konstruksi plafon tahan gempa melalui penggunaan material papan gyptile JayaDura Condado, papan gypsum dengan finishing lapisan vinyl sehingga mudah dibersihkan dan tahan lama. Rangka plafon pada atap gedung menggunakan rangka metal yang telah tersertifikasi lulus uji keselamatan.
HR Director USG Boral – Jayaboard, Indra Budiman dalam keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu mengatakan, bantuan kemanusiaan tersebut diberikan dalam bentuk bahan bangunan dan merupakan bagian dari program corporate social responsibility (CSR) perusahaan. Kegiatan tersebut meliputi restorasi bangunan sekolah yang sejalan dengan visi perusahaan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
“Kondisi gedung sekolah mengkhawatirkan karena 35 persen runtuh, sangat tidak aman bagi siswa untuk belajar," katanya usai melakukan peletakan batu pertama di Lombok Utara. Pihaknya berharap pembangunan gedung sekolah permanen ini dapat segera diselesaikan sehingga proses pendidikan bagi warga setempat kembali normal dan lebih baik.