Rabu 10 Apr 2019 07:56 WIB

Seni Dikte Abad Pertengahan

Para ahli sejwrah melakukan studi tentang seni dikte

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Seni dikte atau ars dictaminis merupakan seni asli bangsa Arab klasik. Sejak abad ke-19, para ahli sejarah Abad Pertengahan telah melakukan berbagai studi tentang “seni” ini.

Mereka menyelidiki asal-muasalnya, sejarah awal, perkembangan dan penyebarannya di seluruh wilayah Barat Kristen, para penulis yang berkarya di bidang itu, dan karya-karya mereka. Kajian ini dimulai tidak lama sebelum buku The Civilization of the Rennaissance in Italy karya Jacob Burckhardt dipublikasikan.

Setelah itu, gerakan humaniora Italia pada masa renaisans selalu dikaitkan dengan ars dictaminis Abad Pertengahan. Namun, kajian ilmiah mengenai ars dictaminis tidak terlepas dari kontroversi, terutama menyangkut asal usulnya. Sebagai seni Arab klasik, sumber-sumber kepustakaan Arab periode pertengahan bisa menjadi tambahan bagi sumber kepustakaan Latin Abad Pertengahan.

Banyak tokoh yang melakukan kajian mengenai seni dikte, di antaranya Wilhelm Wattenbach, Ludwig Rockinger, Charles Homer Haskins dan Louis John Paetow. Wattenbach menyatakan ungkapan yang pas untuk menulis surat adalah dictare sebab orang-orang dulu sering mendiktekan tulisannya. Istilah itu juga sering digunakan dalam pengertian mengarang.

Rockinger mengatakan dictamen sebagai ungkapan sastra dengan kata-kata yang tertata indah dan rangkaian kalimat dengan gaya yang penuh hiasan. Menurutnya, ada beberapa jenis dictamen. Namun, ia membatasinya pada satu jenis, yakni epistolari (seni menulis surat). Setelah Rockinger, muncul Charles Thurot. Ia menjelaskan, ars dictaminis adalah seni mengarang dengan bahasa yang indah. 

Dictamen di Italia menjadi salah satu dari tiga cikal bakal gerakan humaniora di Italia. Dua faktor lainnya adalah kajian tata bahasa Prancis dan pengajaran di Bizantium pada abad ke-15. Dari sekian banyak kajian mengenai seni dikte, ada dua hal yang bisa disimpulkan. Seni dikte tidak berarti “seni mendiktekan”, tetapi lebih merupakan “seni mengarang”. Kedua, garapan utama seni ini adalah penulisan surat. Dua hal tersebut saling berkaitan.

Sejak awal kemunculannya, penulisan surat (resmi negara) selalu dilakukan melalui pendiktean. Dikte juga dapat diartikan mengarang karena ketika seseorang mendiktekan, sebenarnya ia sedang bertindak layaknya pengarang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement