Selasa 09 Apr 2019 23:32 WIB

MRI-ACT NTB Beri Pelayanan Kesehatan bagi Korban Gempa

Pelayanan kesehatan secara gratis tersebut digelar di Dusun Solong Daya Lombok Timur

Kondisi rumah rusak akibat gempa di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur, Senin (18/3).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Kondisi rumah rusak akibat gempa di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur, Senin (18/3).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) bersama Aksi Cepat Tanggap (ACT) Nusa Tenggara Barat (NTB), memberikan pelayanan medis bagi warga terdampak gempa bumi magnitudo 5,4 skala Richter (SR) yang terjadi pada 17 Maret 2019 lalu. Tim Program ACT NTB, M Romi Sefudin, di Mataram, Selasa (9/4), mengatakan pelayanan kesehatan secara gratis tersebut digelar di Dusun Solong Daya, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur.

"Desa tersebut merupakan daerah terdampak parah akibat gempa bumi satu bulan lalu, sehingga membutuhkan perhatian dan bantuan dari semua pihak. Kami sudah menggelar pelayanan kesehatan gratis mulai 7 April 2019," katanya.

Baca Juga

Pihaknya memberi perhatian bagi warga terdampak gempa di Desa Pesanggrahan karena masih terdapat warga yang takut untuk tinggal di dalam rumahnya. Mereka masih menempati tenda-tenda yang ada di sekitar rumahnya meskipun gempa sudah berlalu hampir satu bulan. Warga juga masih trauma dengan rentetan gempa besar yang terjadi pada 29 Juli dan sepanjang Agustus 2018.

"Di sini (Desa Pesanggrahan) banyak rumah warga yang mengalami rusak ringan hingga berat. Bahkan ada juga yang sampai rata dengan tanah. Kondisi warga yang trauma tinggal di dalam rumah dan memilih tinggal di dalam tenda membuat rentan terkena berbagai penyakit," ujar Romi.

Dalam aksi pelayanan kesehatan tersebut, tim MRI menurunkan empat dokter, dua perawat, serta dua apoteker. Pelayanan berlangsung sejak pukul 09.00 WITA dan berakhir pada pukul 14.00 WITA.

Aksi sosial tersebut akan rutin digelar dua kali dalam satu bulan agar dapat memantau kondisi kesehatan warga terdampak gempa secara berkelanjutan. Romi menyebutkan dari hasil pemeriksaan medis, ditemukan banyak warga yang mengalami batuk disertai flu, hipertensi serta gatal-gatal. Kondisi tersebut disebabkan cuaca di Lombok, khususnya bagian timur yang masih diguyur hujan hampir setiap hari.

"Warga masih bertahan di bawah tenda pengungsian meskipun hujan lebat. Kondisi demikian itu menyebabkan warga rentan terkena penyakit," katanya.

Gempa bumi magnitudo 5,4 SR mengguncang pada Ahad, pukul 14.07 WIB atau 15.07 WITA. Bencana alam tersebut menyebabkan dua wisatawan asal Malaysia dan satu warga Desa Senaru, Kabupaten Lombok Utara, meninggal dunia tertimpa longsoran batu di kawasan wisata air terjun Tiu Kelep, saat gempa terjadi.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lombok Timur, juga merilis jumlah rumah yang rusak akibat gempa bumi tersebut mencapai 4.456 rumah. Seluruhnya berada di Kecamatan Montong Gading.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement