REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan ulama-sufi dari mancanegara menghadiri Konferensi Ulama Sufi Internasional di Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Pembukaan konferensi ini berlangsung pada hari ini, Senin (8/4). Acara yang dihelat hingga besok, Selasa (9/4), ini dihadiri banyak tokoh dari 38 negara.
Rais Aam Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah, Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya menyampaikan sambutan dalam kesempatan ini. Dia menyebut, peranan thoriqoh di masa sekarang ini, khususnya dalam dunia sufi itu sangat diperlukan untuk keamanan dunia.
"Dengan munculnya pertikaian dan segala macamnya, (maka) yang mampu bisa mengobati adalah membersihkan hati, membersihkan nafsu kita, membersihkan pola berpikir yang menitikberatkan pada setiap anak negeri di dunia ini," kata dia dalam sambutannya.
Habib Lutfhi bersyukur, melalui musyarawarah demi musyawarah akhirnya konferensi sufi dunia ini bisa diselenggarakan. Dia berharap pertemuan ulama sufi dunia tersebut bisa membuat para mursyidin dan ulama dapat menentukan sikapnya terkait bagaimana memajukan negaranya masing-masing di berbagai sektor.
"Dan (pertemuan) ini akan membuka pintu bagi setiap ulama (soal) bagaimana berhubungan dengan aparatur negara sehingga akan jauh lebih memperkuat keberadaan sufiyyin di setiap kota yang ada di dunia ini," ucapnya.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berpidato saat Konferensi Ulama Sufi Dunia yang dihadiri 91 ulama sufi dunia dari 36 negara di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (8/4/2019).
Konferensi tersebut tak hanya dibuka secara langsung oleh Habib Lutfhi, tapi juga oleh Bupati Pekalongan Asip Kholbihi dan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Sementara itu, Presiden RI Joko Widodo turut memberi sambutan melalui siaran langsung video.
Di antara ulama tasawuf dunia yang hadir dalam konferensi, yaitu Syaikh Abu Al Fadhl Ahmad bin Manshur Qartham (Palestina), Syaikh Muhammad Adnan Al Afyouni (Syiria/Mufti Damaskus), Dr. Riyadh Hasan Bazou (Libanon), Syaikh Mahmoud Yasin At Tuhami (Mesir), Syaikh Abubakar Ahmad (India), Syaikh Dr Khalid Sana (Burikna Faso), Syaikh Prof. Dr. Muhammad bin Braykah Al Hasani (Aljazair), dan Syaikh 'Aun Mu'in Al Qaddumi (Yordania).