REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asiyah binti Muzahim memiliki semua yang diinginkan wanita di dunia. Mulai wajah rupawan, kecerdasan, kekuasaan, hingga harta melimpah. Meski begitu, ia tidak mudah tergoda dan tetap mampu menjaga keimanannya.
Tidak heran bila Allah membuatkannya rumah di surga. Bahkan, Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baiknya wanita di semesta alam ini ada empat, yaitu Asiyah istri Fir'aun, Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, dan Fatimah binti Muhammad."
Asiyah merupakan ratu atau istri raja Mesir, yakni Fir'aun. Seperti diketahui, Fir'aun merupakan raja yang sangat berkuasa, tapi terlalu sombong sampai menganggap dirinya tuhan.
Berbeda dari sang suami, Asiyah justru dikenal murah hati serta lemah lembut. Perempuan yang hidup pada masa Nabi Musa AS ini diceritakan senantiasa menyayangi orang-orang miskin. Saat Nabi Musa dilahirkan, Raja Fir'aun sudah mengeluarkan perintah supaya setiap bayi laki-laki yang lahir dari Bani Israil ha rus dibunuh. Sang raja bermimpi akan datang bayi laki-laki dari Bani israil yang berpotensi mengancam kekuasaannya.
Suatu hari, ketika Asiyah tengah duduk di taman dalam istananya yang dialiri sungai, ia melihat sebuah benda terapung, lalu mengalir ke arahnya. Atas perintah Asiyah, dayang-dayang istana kemudian mengambil ben da tersebut.
Betapa terkejutnya Asiyah saat melihat ada bayi lakilaki di dalam benda yang mirip peti itu. Naluri keibuannya pun muncul. Dia ingin merawat si bayi.
Namun, ketika kabar tersebut sampai ke Fir'aun, sang raja langsung menyuruh utusannya untuk membunuh bayi itu. Beruntung, Asiyah berhasil mencegahnya, ia kemudian berupaya melembutkan hati suaminya agar bersedia menjadikan si bayi anak angkat. Fir'aun lalu menyetujui permintaan Asiyah. Walau dirinya seorang raja yang sangat ditaktor, tapi ia sangat mencintai istrinya.
Bayi merah yang ternyata Nabi Musa itu pun tumbuh besar di dalam istana dengan kasih sayang Asiyah. Ketika sudah dewasa serta diangkat menjadi nabi, dia diperintahkan Allah untuk menyampaikan wahyunya kepada semua orang, termasuk ayah juga ibu angkatnya. Tanpa keraguan, Asiyah kemudian memercayai wahyu tersebut dan beriman ke pada Allah. Ia tahu, suaminya ti dak akan menyetujui keputusan itu, tapi dirinya yakin langkah yang diambilnya sudah benar.
Sesuai perkiraan, saat mendengar penyampaian Nabi Musa, amarah Fir'aun tidak terbendung lagi. Dia bahkan langsung memerintahkan prajuritnya agar membunuh semua orang yang mengikuti ajakan Musa, tidak terkecuali istrinya. Kebencian telah merasuki seluruh jiwa Fir'aun, hingga dirinya lupa rasa cintanya terhadap sang istri.
Dia menyuruh para prajuritnya menyeret Asiyah ke ruang hukuman, lalu disiksa tanpa ampun. Tiada lagi penghormatan atau pun belas kasih kepada sang ratu. Meski demikian, keyakinannya tidak goyah. Segala siksaan yang ditujukan kepadanya justru membuatnya makin tegar. Diri nya sudah mantap meninggalkan semua kenikmatan dunia dan memilih istiqamah di jalan Allah.
Melihat istrinya yang tetap teguh mengikuti ajaran Nabi Musa, Fir'aun makin murka. Dia lalu memerintahkan algojo untuk langsung membunuh Asiyah. Sungguh besar pengorbanan Asiyah dalam mempertahankan keimanannya. Kesabaran mau pun keteguhan hatinya patut di teladani.
Bahkan, dalam Surah at-Tahrim ayat 11, Allah ceritakan kisah Asiyah, "Dan Allah membuat istri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman. Ketika ia ber kata: Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkan aku dari kaum yang zalim."