Kamis 04 Apr 2019 20:40 WIB

Rasulullah Sederhana dalam Memberikan Pemahaman

Rasulullah biasa menjelaskan sesuatu sesuai tingkat kecerdasan lawan bicaranya.

Rasulullah
Foto: Wikipedia
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu hari ketika Rasulullah dan para sahabatnya sedang berada di masjid, datang seorang Badui. Orang itu berdiri dan buang air kecil di masjid. Melihat kelakuannya, para sahabat menghardiknya. Namun, sang junjungan menenangkan sahabatnya. Janganlah kalian hentikan dia, biarkan saja dulu.” Demikian dikisahkan Anas bin Malik.

Sumber lain menyebutkan, Rasul meminta sahabatnya untuk membiarkan orang Badui tersebut menyelesaikan hajatnya dan memerintahkan mereka menyiram bekas air seni itu dengan seember air. Beliau menegaskan, manusia diperintahkan untuk mempermudah urusan, bukan malah mempersulitnya.

Baca Juga

Setelah semuanya usai, Muhammad SAW menyampaikan penjelasan. Ia tak mengumbar kejengkelan dan kemarahan. Dengan lemah lembut, ia memberi tahu bahwa masjid tak sepantasnya terkena setetes air kencing dan kotoran. Tak ada hukuman yang dijatuhkan oleh Muhammad karena ia memaklumi ketidaktahuan orang tersebut.

Al-Hafiz Ibnu Hajar menjelaskan, ada beberapa pelajaran dari peristiwa yang dijelaskan dalam hadis di atas. Salah satunya, keharusan bersikap lunak terhadap orang jahil atau mereka yang belum tahu. Ada pula kewajiban untuk mengajarinya dengan cara yang tidak keras untuk mengambil hatinya.

Peristiwa itu juga menunjukkan budi pekerti Rasul yang sangat tinggi. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam sahihnya yang dikutip Sopian Muhammad pada bukunya, Manajemen Cinta Sang Nabi, menguraikan kejadian berikutnya usai orang Badui itu memperoleh pelajaran dari Rasul.

Setelah memahami penjelasan Rasul dan kekeliruan yang dibuatnya, si Badui berkata, Demi ayah ibuku, beliau tidak menyalahkan juga tidak mencelaku.” Dalam metode dan teknik pembelajaran, kata Sopian, apa yang dilakukan Rasulullah merupakan penerapan metode scanning and levelling.

Metode ini diaplikasikan karena adanya perbedaan tingkat kecerdasan dan pemahaman antara satu orang dibandingkan orang lainnya. Cara sama juga digunakan Rasulullah saat memberikan jawaban tidak rumit kepada seorang mualaf yang bertanya kepada beliau, apa yang harus dilakukan olehnya yang baru memeluk Islam.

Hadis yang diriwayatkan Muslim menyebutkan jawaban Rasulullah yang menyarankan orang itu untuk beriman dan bersitiqamah.  Menurut Sopian Muhammad, inti keteladanan Nabi Muhammad dalam hal ini adalah sesederhana mungkin dalam memberikan pemahaman terhadap suatu persoalan.

Dengan catatan, tetap memperhatikan kejelasan dan tingkat pemahaman seseorang. Rasulullah jelas tidak mau membebani seseorang dengan pernyataan berisi kata-kata atau istilah asing yang cenderung tidak dipahami oleh orang yang diberi penjelasan.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement