REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Bakar ash-Shiddiq merupakan tokoh besar di antara para sahabat Rasulullah Muhammad SAW. Gelar di belakang namanya merupakan pengakuan besarnya rasa iman di dalam dirinya.
Sebagai contoh, pada saat Nabi SAW mengabarkan tentang perjalanan Isra dan Mi'raj yang dialaminya hanya dalam satu malam, banyak orang yang mendustakan beliau.
Bahkan, ada pula orang Islam--yang lemah imannya--berbalik menjadi musyrik begitu mendengar kabar tersebut. Ketika seseorang menanyakan kepada Abu Bakar perihal pendapatnya, maka dijawabnya, "Aku membenarkan jika berita tersebut lebih dari yang kalian (orang-orang) kabarkan. Aku membenarkan berita dari langit yang turun kepada Nabi SAW. Maka, bagaimana mungkin aku tidak membenarkan beliau tentang perjalanan ke Baitul Maqdis itu?"
Karena ketegasannya membenarkan Rasulullah SAW itu, maka tersematlah gelar ash-shiddiq pada nama Abu Bakar.
Ada banyak tanda-tanda kemuliaan dalam diri khalifah pertama tersebut. Dialah yang menggantikan peran Rasulullah SAW sebagai imam shalat ketika beliau berhalangan di masa menjelang wafatnya. Dialah yang menemani Rasulullah SAW dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Yastrib (Madinah). Dialah yang setia mendampingi baginda shalallahu 'alaihi wasallam saat bersembunyi dari kejaran pasukan musyrikin Quraisy di Gua Tsur.
Saat itu begitu mencekam. Abu Bakar merinding bukan karena takut nyawanya terancam, melainkan cemas bila sampai orang-orang musyrik itu dapat menangkap Rasulullah SAW. Ketika itu, Rasulullah SAW menenangkan hati sahabatnya tersebut: "Wahai Abu Bakar, janganlah engkau mengira kita ini hanya berdua. Ketahuilah, yang ketiga adalah Allah SWT, yang melindungi kita." Peristiwa mengharukan ini diabadikan dalam Alquran surah at-Taubah ayat 40.
Terjemahannya: "Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua; di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita" (laa tahzan innallaha ma'ana). Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Alquran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Rasulullah SAW menerangkan dalam sebuah hadis, betapa Abu Bakar termasuk satu dari 10 orang sahabat yang dijamin masuk surga. Hadis yang diriwayatkan dari Aisyah binti Abu Bakar itu bahkan menempatkan namanya di urutan pertama.
Abu Bakar memang memiliki keistimewaan dalam hatinya. Dari relung kalbunya yang terdalam, mengakar keimanan yang begitu kuat terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya. Bahkan, seperti diisyaratkan dalam sebuah hadis qudsi, bobot keimanan Abu Bakar melampaui yang dirasakan banyak orang.
Simaklah hadis qudsi berikut. "Akulah (Allah) yang menjadi pendengaran yang dia (Abu Bakar) gunakan untuk mendengar, dan penglihatannya yang digunakan untuk melihat, dan tangannya yang digunakan untuk kekuatannya, dan kakinya yang digunakan untuk berjalan" (HR Bukhari).
Abu Bakar selalu tampil terdepan dalam menjalankan perintah kebajikan. Bahkan, dua sahabat utama Nabi SAW lainnya, Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib, membenarkan hal tersebut.
Kata Umar, " Aku tidak pernah mendahului Abu Bakar dalam mengamalkan kebajikan. Dia yang selalu mendahuluiku."