Senin 01 Apr 2019 21:31 WIB

Nahdlatul Wathan Melalui Empat Masa Sejarah

Nahdlatul Wathan juga turut dalam perjuangan kemerdekaan RI.

Logo Nahdlatul Wathan
Foto: NW.co.id
Logo Nahdlatul Wathan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nahdlatul Wathan (NW) telah melalui empat periode penting, yakni zaman kolonialisme/pendudukan asing, Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi. Artikel Fahrurrozi dan Iqbal, "Nahdlatul Wathan dan Pembangunan Sosial-Keagamaan di Nusa Tenggara Barat", memerinci perjalanan NW sepanjang empat masa tersebut.

Dalam masa penjajahan, sepulang dari belajar di Masjid al-Haram, Makkah, Zainuddin Abdul Madjid mendirikan Pesantren al-Mujahidin pada 1934. Bangunan awalnya hanyalah sebuah musola peninggalan ayahnya, TGH Abdul Madjid. Memang, sang ayah telah menyiapkan tempat ibadah itu untuk ruang bagi anaknya mengajarkan agama Islam di kemudian hari.

Baca Juga

Inisiatif TGKH Zainuddin Abdul Madjid terus berlanjut. Pada 1936, dia mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyyah (NWDI) dengan izin legal dari pemerintah kolonial Belanda satu tahun kemudian. Pada 1943, dia membangun Madrasah Nahdlatul Banat Diniyyah Islamiyyah (NBDI) untuk memperluas cakupan pengajaran.

Para guru, murid, dan lulusan madrasah-madrasah itu banyak berkiprah di Lombok. Dalam periode tahun 1937-1945, ada sembilan unit cabang madrasah yang digagas Zainuddin Abdul Madjid itu.

Di lembaga pendidikan tersebut, TGKH Zainuddin Abdul Madjid tidak hanya menempa para murid dengan ilmu-ilmu agama, melainkan juga semangat kebangsaan. Dia menanamkan jiwa patriotik yang menekankan pada panggilan perjuangan untuk membebaskan Tanah Air dari belenggu penjajahan.

Zainuddin Abdul Madjid juga membentuk Gerakan al-Mujahidin yang beranggotakan para guru di NWDI dan NBDI. Fahrurrozi dan Iqbal menyebutkan, dalam waktu relatif singkat para alumni NWDI dan NBDI tersebar ke Lombok dan sekitarnya, serta dibangunlah madrasah-madrasah dengan sistem serupa di lokal masing-masing.

 

Sesudah Indonesia Merdeka

Pada 17 Agustus 1945, Republik Indonesia merdeka. Namun, setelah itu Belanda masih berupaya merebut kembali RI sebagai Hindia Belanda yang ditinggalkannya kala diserbu balatentara Jepang pada 1942 silam. Upaya-upaya untuk mempertahankan kedaulatan terus menyebar ke seantero Tanah Air, termasuk Lombok.

Fahrurrozi dan Iqbal menjelaskan, dalam masa revolusi sampai Pengakuan Kedaulatan pada 1949, banyak insan-insan NWDI dan NBDI yang turun langsung, mengangkat senjata, ke lapangan untuk melawan tentara Belanda yang mendompleng Sekutu.

Mengutip dari situs resminya, perkembangan madrasah yang digagas TGKH Zainuddin Abdul Madjid cukup pesat. Pada 1952, ada sebanyak 66 unit madrasah yang merupakan hasil upaya sejumlah lulusan NWDI dan NBDI. Mereka tersebar di pelbagai daerah. Besarnya antusiasme pendidikan Islami itulah yang membidani lahirnya organisasi Nahdlatul Wathan (NW) pada 1 Maret 1953.

Secara legal, NW tercatat resmi melalui akta notaris tertanggal 29 Oktober 1956. Empat tahun kemudian, NW resmi berbadan hukum berdasarkan ketetapan menkumham RI.

Dalam anggaran dasarnya, NW bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan dakwah Islam. Pada menjelang Era Reformasi, NW telah mendirikan sebanyak 647 unit lembaga pendidikan Islam. Yang terkini, sampai tahun 2016, ada lebih dari seribu unit madrasah di bawah naungan NW.

Itu mulai dari level taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Demikian pesatnya juga untuk bidang sosial dan dakwah. Cakupannya telah menjangkau seluruh Indonesia.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement