Kamis 28 Mar 2019 13:49 WIB

Di Rusia, Din Syamsuddin Bicara tentang Teologi Bersama

Din menilai, teologi tersebut dapat menjadi solusi untuk perdamaian dunia.

Din Syamsuddin
Foto: Republika/Muhyiddin
Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdamaian dunia merupakan impian semua warga bangsa. Hal itu ditegaskan Ko-Presiden Konferensi Dunia tentang Agama untuk Perdamaian Prof Din Syamsuddin. Pada awal pekan ini, cendekiawan Muslim tersebut diundang sebagai pembicara dalam pertemuan para tokoh agama-agama sedunia di Moskow, Rusia.

Menurut Din, perlu adanya teologi bersama (shared theology) tentang kemajemukan. Dengan begitu, harapannya seluruh warga bangsa dari pelbagai umat dapat hidup berdampingan secara rukun, damai, dan toleran.

Baca Juga

Presiden Konferensi Asia tentang Agama untuk Perdamaian (Asian Conference on Religions for Peace/ACRP) itu menambahkan, setiap agama memang memiliki prinsip tersendiri tentang ketuhanan. Bagaimanapun, lanjut dia, ada titik singgung di antara semua agama, yakni ihwal kemajemukan, koeksistensi, dan kerukunan.

"Titik singgung ini hanya dapat dilihat jika keberagamaan sejati diletakkan pada kemanusiaan. Beragama sejatinya untuk manusia dan kemanusiaan," ujar Din Syamsuddin, seperti dikutip rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (28/3).

Sosok yang juga ketua dewan pertimbangan MUI ini menjelaskan kepada hadirin tentang perhatian Islam pada aspek humanis keberagamaan. Din menunjukkan, Alquran telah menyatakan bahwa misi kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah menyebar rahmat bagi seluruh umat manusia dan semesta (rahmatan lil 'alamin).

"Sudah saatnya dikembangkan teologi kerukunan, bahkan antaragama yang berbasis pada humanisme religius ini. Jika teoligi semacam itu dikembangkan atau diarusutamakan, maka sebagian masalah peradaban manusia dan kemanusiaan dapat ditanggulangi," papar ketua umum PP Muhammadiyah 2005-2015 itu.

Pertemuan di Rusia tersebut mengambil tema "Ways to Achieve Interreligious Peace: Roles of Theologians, Diplomat, and Public Figures." Acara ini diselenggarakan atas kerja sama Kantor Dewan Mufti Russia, Russian Orthodox Church, dan ISESCO. Hadir sekitar 150 orang tokoh berbagai agama dari sejumlah negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement