REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Madrasah al-Adiliyah adalah bangunan dengan arsitektur yang terintegrasi.
Seperti dijelaskan puluhan penulis dan sejarawan dalam artikel dan studi mereka, Madrasah al-Adiliyah merupakan salah satu landmark arkeologi dan kebudayaan tertua yang paling terkenal di Damaskus.
Menurut Direktur Madrasah al-Adiliyah, Anwar Darwish, Nour al-Din al-Zenki (Seorang penguasa dari dinasti Zengi) adalah orang yang meletakan baru pertama untuk sekolah itu pada 1225 Masehi. Namun al-Zenki meninggal sebelum bangunan itu selesai.
Pada era Ayyubiyah yakni pada masa al-Malek al-Aadel melanjutkan kembali bangunan tersebut.
Namun dia meninggal sebelum bangunan itu selesai, dia pun dimakamkan di Kastil Damaskus. Al-Malek al-Moazzam putra dari al-Malek al-Aadel kemudian menyelesaikan proyek pembangunan sekolah itu.
Hal penting pada bangunan madrasah bersejarah dan struktur arkeologisnya yakni terletak pada gaya arsitekturnya yang termasuk dalam arsitektur Ayyubiyah di Damaskus.
Dalam sejarah panjang madrasah itu telah menjadi tujuan bagi para cendekiawan Arab, sejarawan dan para penulis zaman kuno dan modern seperti Ibnu Khaldun, Ibnu Khallikan, Ahmad Shawqi, Khalil Mutran, Hafez Ibrahim, Mohammed Kurd Ali, Omar Abu Ridha, Shafiq Jabri, dan lainnya.
Madrasah itu terdiri dari dua lantai dan memiliki aula dan halaman yang besar. Struktur bangunannya dari balok batu kapur besar dengan sedikit ornamen di bagian depannya.
Lain halnya untuk jalan masuk di fasad Timur yang terdapat gerbang besar yang hampir setinggi struktur bangunan.
Gapura itu beratapkan dua kubah batu yang terpusat pada satu batu pengunci yang menggantung. Membuat gapura itu terbagi menjadi dua lengkungan.
Gapura dikelilinhi oleh dua kubah batu muqarnas kecil. Sebuah pintu besar yang dibingkai dengan batu berwarna hitam dan putih yang tersusun bergantian. Sedang di atasnya terdapat dekorasi batu ukir dan panel marmer prasasti Arab.
Pintu masuk mengarah ke halaman yang memiliki ukuran delapan belas kali tuhuh belas meter persegi. Di tengah halaman menampilkan air mancur.
Gerbang utama mempunyai desain yang unik jika dibandingkan dengan contoh bangunan era dinasti Ayyubiyah lainnya.
Madrasah itu didirikan untuk memperhatikan bahasa Arab, di mana al-Malek al-Moazzam sangat menyukainya. Madrasah itu adalah tujuan bagi para intelektual dan tokoh terkenal karena ada tempat untuk para siswa yang mengunjungi Madrasah itu.
“Akademi Bahasa Arab di Damaskus yang didirikan pada 1919 menghidupkan kembali perpustakaan al-Adiliyah bersama dengan Museum Nasional sebagai kantor pusatnya hingga 1934 di mana pindah ke bangunannya saat ini,” kata Darwish seperti dilansir Sana pada Selasa (26/3).
Madrasah al-Adiliyah telah hancur dan pernah dibakar dalam sebuah serangan pasukan Tatar, beberapa kali madrasah itu pun dibangun pulihkan kembali. Andrian Saputra