Senin 25 Mar 2019 12:51 WIB

Baznas Distribusikan Bantuan ke Kampung Transmigran di Papua

Air bersih total mati hampir satu pekan ini.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Dwi Murdaningsih
Tim medis Baznas memberi pelayanan kesehatan di Kampung Simporo, Distrik Ebungfau, Jayapura, Papua, Sabtu (23/3). Warga di kampung yang berada di pinggir Danau Simporo itu berdatangan memeriksa kesehatannya.
Foto: Republika/Umar Mukhtar
Tim medis Baznas memberi pelayanan kesehatan di Kampung Simporo, Distrik Ebungfau, Jayapura, Papua, Sabtu (23/3). Warga di kampung yang berada di pinggir Danau Simporo itu berdatangan memeriksa kesehatannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Baznas Tanggap Bencana (BTB) mendistribusikan berbagai bantuan kepada warga di Kampung Kertosari, Desa Sabronsari, Distrik Sentani Barat, Jayapura, Papua. Mayoritas warga di kampung tersebut merupakan transmigran asal pulau Jawa yang sudah melewati beberapa generasi.

Staf Respons BTB, Ade Hilman Suwanda mengungkapkan pemberian bantuan tersebut karena warga yang terdampak banjir bandang di kampung tersebut belum tersentuh. Lokasi kampung ini cukup jauh dari pusat kegiatan ekonomi di Sentani.

Baca Juga

"Kami akan memberi bantuan sesuai dengan apa yang kami sanggupi. Insya Allah mudah-mudahan akan berguna untuk warga di sini," kata dia kepada Republika.co.id, Senin (25/3).

Tim BTB berangkat ke kampung Kertosari pada Ahad (24/3) sore dan sampai di sana pada waktu Maghrib. Berbagai bantuan yang diberikan yakni, logistik, air mineral, selimut, alas tidur, dapur umum, dan pampers. Seluruhnya diberikan kepada warga yang membutuhkan, dengan diwakili oleh kepala kampung.

Kepala Kampung Kertosari, Marwan Hasyim, mengatakan warga sekitar sejak terjadi banjir bandang Sabtu (16/3) malam lalu memang kesulitan mengakses air bersih. Sejak itulah warga menampung air hujan untuk bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti mandi, buang air, dan memasak.

Banjir bandang itu juga membuat penampungan air di sekitar permukiman jebol. "Air bersih total mati hampir satu pekan ini. Jalur air total mati. Sekarang ini sudah tidak bisa lagi digunakan sehingga harus bikin jalur baru," ucapnya.

Untuk membuat jalur air yang baru itu dibutuhkan sekitar 64 batang pipa dengan perkiraan jauhnya mencapai 250 meter. Sebab, dia mengakui ada mata air di dekat kampung di dataran tinggi. Kampung ini sendiri berada di kawasan sekitar pegunungan Cyclop.

Marwan mengatakan, Kampung Kertosari terdiri dari 335 keluarga dengan total lebih dari 2.000 jiwa berdasarkan data terakhir 2017. Sebagian merupakan warga asli Papua, dan sebagian lagi warga transmigran asal Pulau Jawa. Mayoritas warga bertani dan berkebun. Generasi pendahulu mereka pertama kali datang ke Papua pada 1960-an.

Di kampung ini, lanjut Marwan, rumah yang hanyut terbawa arus itu ada tiga unit. Rumah yang jebol ada 5 unit akibat kena hempasan banjir bandang. Sedangkan rumah yang terendam ada 21 unit. Ada sekitar 150 orang yang mengungsi ke rumah-rumah saudara mereka di Papua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement