REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah video lama sekolah pertama perempuan Arab Saudi, yang diabadikan seorang reporter Inggris pada 1966, memperlihatkan sekilas tentang kecepatan luar biasa dari revolusi sosial negara itu.
Sekolah Dar al-Hanan, yang diterjemahkan menjadi "Rumah Kasih Sayang", juga dapat dikaitkan dengan reformasi sosial di Kerajaan Arab Saudi. Reformasi ini bagian dari Visi 2030 Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman.
Mengutip Alarabiya, Selasa (19/3) Video tersebut memperlihatkan keadaan dari salah satu kelas di tempat sekolah. Di mana siswa perempuan bisa ke sekolah tanpa kerudung. Selain itu, video berisi wawancara dengan dua siswa. Selama wawancara, salah satu gadis menyatakan keinginannya untuk belajar di universitas di luar negeri dan kemudian kembali ke Arab Saudi.
Ketika ditanya tentang kehidupan mereka dibandingkan dengan gadis-gadis di negara-negara barat.
Gadis-gadis itu mengatakan persepsi masyarakat luas selamam ini sangat bertentangan dengan kehidupan yang mereka alami. Mereka mengatakan kehidupan merak sangat tidak membosankan.
"Orang Barat memiliki stereotip tentang wanita Saudi pada saat itu, dan wawancara ini menunjukkan warna sebenarnya dari Arab Saudi: wanita Saudi masih, berpendidikan, berpikiran terbuka, dan mereka menjalani kehidupan normal," kata Eyman lulusan dari sekolah Dar al-Hanan di Jeddah.
Dar al-Hanan didirikan sebagai panti asuhan dan pusat perawatan bagi yang membutuhkan di Jeddah pada 1955. Sekolah ini didirikan di bawah perlindungan Putri Effat al-Thunayan, istri Faisal bin Abdulaziz, Putra Mahkota Arab Saudi pada saat itu.
Pada 1957, Putri Effat setuju untuk membuka departemen eksternal dengan biaya tahunan untuk anak perempuan belajar, karena tidak ada terlalu banyak sekolah untuk anak perempuan.
Pada saat itu, banyak keluarga akan mengirim anak-anak mereka ke luar negeri untuk pendidikan dasar dan menengah. Dan dengan dibukanya Sekolah Dar al-Hanan, itu tidak lagi diperlukan.
Baru-baru ini, Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah memperkenalkan sejumlah besar reformasi sosial sebagai bagian dari Visi Kerajaan 2030. Ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja dari 22 persen menjadi 30 persen.
Dalam sebuah wawancara dengan CBS pada 2018, Putra mahkota merujuk ke masa lalu Arab Saudi.
“Ini bukan Arab Saudi yang asli. Anda dapat google Saudi Arabia pada 70-an dan 60-an, dan Anda akan melihat Arab Saudi yang sebenarnya dengan mudah dalam gambar, ”katanya.
Wawancara dengan para siswa Dar al-Hanan pada 1966 menunjukkan sekilas tentang apa yang ia maksudkan.
Wanita di Arab Saudi sekarang memiliki hak untuk memulai bisnis dengan mudah, bergabung dengan militer, menghadiri konser dan acara olahraga, dan mengemudi.
“Hari ini, wanita Saudi masih belum menerima hak penuh mereka. Kami telah menempuh perjalanan yang sangat jauh dan memiliki jalan yang pendek, ”kata putra mahkota dalam wawancara.