Senin 18 Mar 2019 09:25 WIB

100 Masjid di Kota Sukabumi Ikuti Gerakan Maghrib Mengaji

Kebiasaan mengaji setiap bakda maghrib perlu dilestarikan.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Hasanul Rizqa
Ilustrasi sekeluarga mengaji, mengaji sekeluarga, mengaji bersama, ngaji bersama
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ilustrasi sekeluarga mengaji, mengaji sekeluarga, mengaji bersama, ngaji bersama

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sebanyak 100 masjid besar di Kota Sukabumi telah menjalankan Gerakan Maghrib Mengaji. Program itu dimaksudkan untuk mengembalikan kebiasaan anak-anak mengaji pada waktu selepas shalat maghrib berjamaah.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil telah meluncurkan Gerakan Maghrib Mengaji di Masjid Agung Sukabumi, Desember 2018 lalu. Sebagai informasi, gerakan tersebut awalnya digagas Kota Sukabumi, untuk kemudian menjadi salah satu program di level Jawa Barat

Baca Juga

"Gerakan Maghrib Mengaji adalah upaya pemerintah dalam meningkatkan syiar keagamaan serta ketakwaan,’’ ujar Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi kepada awak media, Ahad (17/3).

Dia menuturkan, kebiasaan mengaji bakda shalat maghrib telah membudaya di tengah kaum Muslimin setempat. Namun, seyogianya juga digiatkan oleh pemerintah kota (pemkot) Sukabumi karena adanya kekhawatiran perubahan pola perilaku dan sikap di tengah masyarakat, sehingga kebiasaan yang baik sering dilupakan.

Menurut Fahmi, sejak diluncurkan pertama kali, Gerakan Maghrib Mengaji di kota tersebut sudah dijalankan pada 100 unit masjid besar. Total masjid jamik yang ada di Kota Sukabumi sebanyak 540 unit dan tersebar di tujuh kecamatan.

Targetnya, pada 2020 mendatang jumlah masjid jamik di Kota Sukabumi yang menerapkan gerakan ini sebanyak 172 masjid. Selanjutnya, angka itu akan terus ditingkatkan sehingga semua masjid jamik yang ada di Sukabumi menerapkannya.

Fahmi menerangkan, gerakan ini sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan syiar keagamaan dan meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah SWT. Selain itu, dia menilai ada keberkahan yang bisa dirasakan seluruh masyarakat dari syiar keagamaan seperti ini.

Pada zaman dahulu, terang Fahmi, kebiasaan mengaji sesudah maghrib sudah menjadi rutinitas di tengah masyarakat. Mereka melakukannya hingga sampai waktu isya di masjid-masjid.

Saat ini, ungkap Fahmi, ada kekhawatiran kebiasaan baik itu mulai ditinggalkan. Apalagi, anak-anak saat ini mudah terlena dengan pelbagai hiburan yang muncul bakda maghrib, sebut saja gawai internet atau televisi.

Fahmi menerangkan, gerakan magrib mengaji sebagai upaya membentengi generasi muda dengan pondasi agama yang baik. Terutama untuk menekan terjadinya kenakalan pelajar.

Salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja adalah kurangnya kedekatan dengan agama. Oleh karena itu pemerintah mencoba menggerakan kembali agar warga kembali menggiatan gerakan magrib mengaji.

Salah seorang warga Citamiang, Kota Sukabumi Novianti D (23 tahun) mengatakan, gerakan magrib mengaji ini sangat baik dalam membentuk generasi muda yang dekat dengan ajaran agama terutama memahami kitab suci Alquran. Sehingga anak-anak bisa menjadi generasi yang kuat secara agama dan terhindar dari pengaruh lingkungan yang buruk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement