REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Empat ekor burung dilatih oleh sang tuan. Acap kali dipanggil, mereka akan segera mendatangi “pelatihnya” itu meski lokasinya amat jauh. Burung-burung tersebut sangat jinak dan menuruti setiap panggilannya.
Namun, suatu hari sang tuan menebas burung itu satu per satu. Tak hanya dibunuh, burung-burung cantik tersebut juga dicincang hingga tubuh mereka terpotong-potong menjadi banyak bagian. Si pemilik burung itu pun mencampur adukan potongan-potongan tubuh hewan peliharaannya. Ia lalu menaiki bukit kemudian menaruh seperempat bagian cacahan daging. Kemudian menuju bukit lain dan melakukan hal sama. Demikian seterusnya hingga empat bukit.
Pria itu pun kemudian turun dari bukit dan berjalan menjauh. Seakan tak pernah mencincang hewan yang sudah dipelihara dan dilatih tersebut, ia pun kemudian memanggil mereka dengan seruan dan tepukan. Tak lama hewan-hewan yang sudah mati itu mendatanginya dengan kondisi utuh dan hidup. Menakjubkan! Padahal, empat burung itu telah dibunuh, bahkan dicacah. Potongan tubuh mereka pun bahkan dipisah-pisah jauh. Namun, keempatnya hidup kembali.
Pemilik empat burung itu bukan lain sang nabiyullah yang hanif, Ibrahim ’alaihis salam. Apa yang dikerjakannya bukan tanpa arti. Bermula ketika bapak agama samawi tersebut melihat bangkai hewan hingga tinggal tulang belulang. Ibrahim yang tengah mencari ketauhidan pun bertanya-tanya, bagaimana Allah menghidupkan kembali bangkai dan jazad yang telah mati.
Ibrahim pun berseru meminta kepada Allah, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati,” katanya. Allah pun berfirman, “Belum yakinkah kamu?”