Kamis 14 Mar 2019 09:17 WIB

Benarkah Ayah dan Ibu Nabi SAW Kafir?

Hati-hati dalam membahas ayah dan ibu Nabi SAW.

Rasulullah
Foto: Republika/Mardiah
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah Muhammad SAW merupakan utusan Allah kepada seluruh alam. Beliau memiliki nasab yang teramat baik. Ayahnya bernama 'Abdullah bin 'Abdul Muthalib bin Hasyim bin 'Abdi Manaf bin Qusay. Adapun ibundanya bernama Aminah binti Wahb.

Secara nasab, antara 'Abdullah dan Aminah bertemu pada sosok Qusay. Demikianlah kebiasaan bangsa Arab yang merekam dengan baik silsilah keluarga dan suku.

Baca Juga

Muhammad SAW lahir di Makkah pada Tahun Gajah (sekira 570 Masehi). Hanya saja, sang ayah telah lebih dahulu wafat. Betapa gembira 'Abdul Muthalib dengan kelahiran cucu laki-lakinya itu. Dia pun menamakan cucunya itu "Muhammad"--sebuah nama yang belum pernah dikenal bangsa Arab sebelumnya.

Ketika ditanya orang-orang mengapa cucunya itu tidak dinamakan sesuai nama nenek moyang, 'Abdul Muthalib menjawab, "Aku ingin dia menjadi orang yang terpuji (muhammad), bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi."

Saat Muhammad SAW masih anak-anak, Aminah wafat. Menyusul pula beberapa tahun kemudian sang kakek, 'Abdul Muthalib. Jadilah hingga masa dewasanya, Muhammad SAW diasuh sang paman, Abu Thalib.

Muhammad SAW mendapatkan wahyu dari Allah SWT sesudah menikah dengan Khadijah binti Khuwailid. Artinya, orang tua Rasulullah SAW tidak sempat menyaksikan langsung kenabian atau risalah Islam, agama yang berdasarkan Alquran dan Sunnah Nabi SAW.

Apakah dengan demikian keduanya berstatus kafir? Ustaz Abdul Somad (UAS) dalam bukunya, 37 Masalah Populer, mengingatkan agar berhati-hati dalam membahas orang tua Rasulullah SAW. Sebab, seseorang yang beriman pasti otomatis akan mencintai Nabi SAW, sehingga tidak akan menyakiti perasaannya.

"Menyinggung orang tua Rasulullah SAW berarti menyakiti Rasulullah SAW. Orang yang menyakiti Rasulullah SAW diancam dengan ancaman keras," sebut UAS. Lihat misalnya surah at-Taubah ayat ke-61, artinya, "Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu bagi mereka azab yang pedih."

Sementara, sejumlah hadits menegaskan, Rasulullah SAW berasal dari orang-orang pilihan, bukan kafir. Tentang nasabnya, beliau pernah bersabda, sebagaimana diriwayatkan at-Tirmidzi.

"Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, Dia jadikan aku dari yang terbaik di antara mereka, dari yang terbaik dari kelompok mereka, dari yang terbaik di antara dua kelompok. Kemudian, Dia pilih di antara kabilah-kabilah, Dia menjadikan aku dari kabilah terbaik. Kemudian, Dia pilih rumah-rumah, maka Dia jadikan aku dari rumah terbaik di antara mereka. Aku jiwa terbaik dan rumah terbaik di antara mereka."

Ada hadits lainnya yakni diriwayatan Imam Muslim yang mesti diperhatikan. Dari Abu Hurairah, dikatakan, suatu ketika Rasulullah SAW bersabda, "Aku memohon izin kepada Allah SWT akan mengizinkanku memohonkan ampun untuk ibuku. Tapi Dia tidak memberikan izin kepadaku. Aku meminta izin agar aku ziarah ke kuburnya. Dia mengizinkanku."

UAS menjelaskan, hadits itu tidak menyatakan bahwa Aminah--sang ibunda Rasulullah SAW--masuk neraka. Hadits ini hanya menerangkan, Rasulullah SAW tidak diberi izin untuk memohonkan ampunan.

Kemudian, Allah SWT tetap mengizinkan Nabi SAW untuk berziarah ke kubur Aminah. Seandainya sang ibunda kafir, pastilah dilarang ziarah ke kuburnya.

Demikian pula hadits berikut, yang diriwayatkan Imam Muslim dari Anas. Ketika itu, ada seorang laki-laki berkata, "Wahai Rasulullah, di manakah bapakku?"

Maka Rasulullah SAW menjawab, "Di neraka."

Ketika laki-laki itu pergi, Rasulullah SAW memanggilnya, "Sesungguhnya bapakku (`abii) dan bapakmu di neraka."

UAS memaparkan, orang Arab juga terbiasa memakai kata 'abi untuk merujuk pada 'paman'. Dengan demikian, yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW bukanlah ayah kandungnya, melainkan pamannya, Abu Thalib, yang masuk neraka karena enggan menyatakan diri beriman kepada Allah dan Rasul-Nya sesudah Rasulullah SAW diutus.

Merujuk pula pada Alquran surah asy-Syu'ara ayat ke-219. UAS menjelaskan, Rasulullah SAW berasal dari keturunan orang-orang yang sujud, yakni mereka yang saleh dan baik. Bukan kafir.

"Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari Bani Isma'il . Dia pilih Quraisy dari Bani Kinanah. Dia pilih Bani Hasyim dari Quraisy. Dan Dia pilih aku dari Bani Hasyim," sabda Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement