REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kini, Abu Sufyan bin al-Harits telah menjadi seorang Muslim. Sementara itu, Makkah sudah dibebaskan. Berbondong-bondong penduduk setempat masuk Islam. Inilah kemenangan yang nyata, sebab dilalui tanpa pertumpahan darah.
Bagaimanapun, tetap saja ada kabilah-kabilah Arab di luar kota yang mengumumkan permusuhan terhadap Nabi SAW. Begitu mendengar adanya serangan dari mereka, Rasulullah SAW membentuk pasukan.
Di antara balatentara kaum Muslimin itu terdapat Abu Sufyan bin al-Harits. Dahulu, dia berperang di kubu yang berseberangan dengan Rasulullah SAW. Kini, dia tepat berada di samping sang Utusan Allah.
Pertempuran itu kelak dinamakan Perang Hunain. Persekutuan kabilah-kabilah Arab itu memasang jebakan, sehingga banyak pasukan Muslimin yang terdesak. Bahkan, kondisinya semakin parah karena barisan kocar-kacir. Dalam pada itu, Rasulullah SAW tidak bergeming dari posisinya. Beliau pun berseru, "Wahai sekalian manusia, inilah nabi yang tidak berdusta. Aku putra Abdul Muthalib."
Seruan itu membangkitkan semangat pasukan Muslimin, terutama di lapis yang terdekat dengan Nabi SAW. Di antara mereka adalah Abu Sufyan bin al-Harits dan anaknya, Ja'far.
Abu Sufyan berupaya keras melindungi Rasulullah SAW yang sedang di atas pelana kuda. Sebab, inilah kesempatan besarnya untuk menebus banyak kesalahan selama dahulu dirinya masih musyrik. Dia rindu mati syahid di jalan Allah, berperang menjaga Rasulullah SAW.
Tidak disadarinya, Nabi SAW ternyata memandanginya cukup lama. "Saudarku, Abu Sufyan bin al-Harit," panggil beliau.
Mendengar Rasulullah SAW memanggilnya dengan sebutan "saudaraku", seketika hati Abu Sufyan diliputi kegembiraan yang luar biasa. Dadanya terasa lapang karena merasa disayangi dan dihormati manusia terbaik di muka bumi.
Langsung Abu Sufyan bersimpuh di kaki Rasulullah SAW dan menciuminya. Air matanya berlinang penuh rasa syukur.
Singkat cerita, Perang Hunain akhirnya dimenangkan pasukan Muslimin, meski dengan jerih payah dan banyaknya jumlah pasukan yang gugur. Orang-orang Islam yang syahid dikebumikan dengan penuh doa. Adapun mereka yang selamat kembali ke Makkah.
Abu Sufyan bin al-Harits sempat mengalami masa wafatnya Rasulullah SAW. Rasa kehilangan yang begitu besar lantaran kepergian sosok yang amat dicintainya itu.
Abu Sufyan menjalani kehidupan hingga akhir hayatnya sebagai seorang sahabat Nabi SAW yang mulia. Dia wafat di rumahnya, didampingi sanak famili terkasih.