REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun menjadi salah satu pengisi dialog Islam, Kebangsaan dan Perdamaian di Universitas Islam Indonesia (UII). Pada kesempatan itu, ia memberi wejangan bagi generasi muda menghadapi pemilu.
Cak Nun berpendapat generasi muda tidak perlu sampai begitu pusing memikirkan pemilu. Sebab, pemilu merupakan urusan jangka pendek yang tidak terlalu penting dan menghabiskan waktu memikirkannya.
"Anak muda itu harus berpikiran panjang, memikirkan pilihan siapa boleh, tapi tidak boleh menuhankan pilpres (pemilu)," kata Cak Nun di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII, Kamis (28/2).
Ia menekankan generasi muda tidak sekadar memiliki tugas untuk lari kencang. Justru, generasi muda memiliki tugas untuk lari maraton yang membutuhkan ritme dikelola baik dan kemampuan membawa diri.
Bagi Cak Nun, generasi muda memiliki masalah bangsa lain yang jauh lebih besar pada masa mendatang. Karenanya, ia berharap generasi muda mau meluangkan waktu kepada hal-hal besar lain bagi bangsa.
Dalam menjalani hidup, ia mengingatkan kitab suci Alquran sudah memiliki metodologi hidup yang bisa digunakan manusia. Ada sabilillah, syariat, thoriqoh, dan sirothol mustaqim.
Sayangnya, hari ini hampir tidak ada yang bisa menerapkan asas-asas Islam dalam menjalani hidup. Karenanya, Cak Nun mengkritisi bagaimana bisa berdamai jika hidup di tengah-tengah era globalisasi.
"Wong asas-asas globalisasi itu kompetensi, ekspertasi, sedangkan di Islam tidak ada asas-asas itu. Asas Islam itu manfaat, bagaimana kehidupan kita bisa menghadirkan manfaat," ujar Cak Nun.
Islam, lanjut Cak Nun, menuntun manusia agar bisa mentadaburi Alquran. Artinya, yang terpenting bukan sekadar bagaimana menafsirkannya tapi bagaimana setelah bersentuhan Alquran apa yang diri kita keluarkan baik.