REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kruszyniany tidak berbeda dengan ratusan desa lainnya di timur laut Polandia. Namun, desa ini memiliki masjid tertua. Masjid tersebut tidak hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga memiliki sejarah yang hampir terlupakan.
Masjid kayu yang dibangun pada abad ke-18 itu menjadi saksi perjuangan Muslim suku Tatar di Polandia. Masjid berwarna hijau mencolok itu kini menjadi pusat perhatian di Kruszyniany.
Wisatawan yang mengunjungi masjid ini biasanya akan disambut Takmir masjid Kruszyniany, Dżemil Gembicki. Dia akan menjelaskan tentang sejarah masjid yang dipenuhi kayu tersebut.
Masjid Kruszyniany dibuat sekitar abad 16-17 oleh seorang kapten kalvaleri Tartar, Murza Krzeczkowski.
Dinding kayu masjid itu dihiasi dengan kaligrafi dan gambar-gambar Makkah dan Madinah.
Sementara, lantainya ditutupi dengan karpet dan di atas masjid terdapat simbol bulan sabit dan bintang yang terang benderang.
"Itu adalah simbol Islam," ujar Gembicki, ketika dia duduk di tangga mimbar yang biasa digunakan khatib saat melaksankan shalat Jum'at.
Dia menjelaskan bahwa meskipun banyak umat Islam Polandia yang tidak lagi mengerti bahasa Arab, Alquran tetap dibacakan di masjid itu dalam bahasa Arab.
Gembicki mengatakan, Tatar Polandia setidaknya memiliki tiga karakteristik yang tidak bisa dilepaskan, yaitu suku Tatar, kebangsaan Polandia, dan Islam.
Salah seorang keturunan suku Tatar lainnya, Zofia Bohdanowic juga mengatakan hal senada bahwa jika tidak ada Islam maka tidak ada suku Tatar. “Saya seorang Muslim Tatar Polandia. Ketiga istilah ini penting bagi kami," katanya.
Bahdanowic berasal dari Bohoniki, sebuah desa yang mirip dengan Kruszyniany dan di sana juga berdiri masjid tertua lainnya di Polandia.
“Keluarga saya telah tinggal di sini selama beberapa generasi, dan saya orang Polandia, tetapi yang membedakan saya dan anak-anak saya adalah perbedaan agama. Itu sebabnya kami adalah Muslim Polandia. Jika tidak ada Islam, tidak ada kita,” jelas Bahdanowic.