Rabu 20 Feb 2019 06:12 WIB

Survei: 30 Persen Masyarakat Inggris Percaya Islam Ancaman

Survei ini untuk menakar sejauh mana reaksi masyarakat Inggris terhadap Islam.

Rep: Muhammad Riza Wahyu/ Red: Nashih Nashrullah
Masjid di Dixon Street, Lincolnshire, Inggris baru saja dibuka.
Foto: BBC
Masjid di Dixon Street, Lincolnshire, Inggris baru saja dibuka.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Lebih dari sepertiga penduduk di Inggris percaya bahwa Islam adalah sebuah ancaman bagi pandangan hidup masyarakat Inggris, menurut sebuah laporan dari kelompok anti-fasis, Hope not Hate.

Laporan berkala dari organisasi tersebut yang berjudul Laporan “State of Hate”, berpendapat bahwa prasangka anti-Muslim telah mengubah imigrasi sebagai kunci motor dari pertumbuhan Far Right.  

Dalam polling yang dilakukan oleh kelompok tersebut (Hope not Hate) pada Juli tahun lalu, 35 persen masyarakat berpandangan Islam pada umumnya adalah ancaman bagi pandangan hidup masyarakat Inggris. 

Di sisi lain terdapat pula 30 persen yang berpandangan bahwa Islam kompatibel (sejalan dengan pandangan hidup Inggris). 

Sementara 49 persen dari mereka yang memilih kelompok konservatif pada Pemilu 2017 berpandangan bahwa hal itu (Islam) pada dasarnya bertentangan, dan 22 persen pemilih buruh menyetujuinya. 

Hampir sepertiga (32 persen) menyatakan mereka berpandangan bahwa no go Area di Inggris yang mana dikuasai hukum syariah dan non-Muslim tidak dapat memasukinya.

Hampir separuh dari pemilih Konservatif (47 persen) dan mereka yang memilih untuk meninggalkan Uni Eropa (49 persen) percaya bahwa hal itu benar. 

Laporan tersebut mengatakan bahwa ketika polling menunjukkan bahwa perilaku terhadap Muslim di Inggris telah membaik antara 2011 dan 2016, serangan teror di Inggris pada 2017 membuat dampak negatif/ persepsi negatif.

Dalam jajak pendapat terpisah, lebih dari 5.000 orang pada Agustus 2018, 30 persen dari mereka menyatakan bahwa mereka akan mendukung sebuah kampanye yang dibuat oleh penduduk lokal untuk menghentikan pembangunan masjid di dekat tempat tinggal mereka. 21 persen berkata bahwa mereka akan tetap mendukung kampanye di satu sisi hal itu adalah kekerasan, karena masalah tersebut sangatlah serius.

photo
Polisi menyelidiki insiden mobil tabrak pejalan kaki di luar Masjid Al-Majlis Al-Hussaini Islamic Centre di Oxgate Lane, Cricklewood, barat laut London, Inggris.

Di antara isu-isu dalam laporan adalah kelompok kiri anti-semitisme. Hope not Hate menyatakan bahwa kelompok ekstrem anti-semitisme dan penolakan Holocaust kurang dikenal, terdapat beberapa contoh “konspirasional” anti-semisitme dan penggunaan kelompok antisemitik, “ khususnya dalam hubungan mendukung kekuasaan Yahudi”.

Poin dalam laporan tersebut ditujukan untuk melihat temuan sebuah peningkatan dalam pencarian Google mengenai antisemitik di Inggris. Ditemukan bahwa 5 persen dari penduduk dewasa Inggris tidak percaya Holocaust terjadi dan 8 persen menyatakan bahwa skala Holocaust telah dibesar-besarkan.

Penulis laporan menyatakan sebuah kelompok besar telah terlibat dalam penolakan sebuah masalah dan menolak isu sebagai sebuah propaganda sayap kanan dan Zionis. Disimpulkan bahwa partai buruh belum bertindak banyak untuk menangkal antisemitisme.

Ketua Eksekutif dari Hope not Hate, Nick Lowles, mengatakan sejarah keluarga dari banyak anggota komunitas Yahudi Inggris memiliki pengalaman persekusi. Beberapa orang dalam komunitas Yahudi mereka mengidentifikasi dengan perasaan tentang sebuah bahaya pada keamanan mereka, keamanan dan pencapaian pendidikan tidak terlihat sebagai penjamin keamanan dan keselamatan.    

Dia menyebutkan, ketidakmampuan kepemimpinan partai buruh dalam memahami dan menjawab pengalaman ini sebenarnya mengerikan ketika partai buruh dan kelompok kiri secara umum memegang nilai kesetaraan dan anti-rasisme sebagai inti dari nilai(identitas) mereka.  

“Polling terkini kami juga menyatakan sebuah level gangguan prasangka anti-muslim dan diskursus yang berjalan di masayarakat, dengan sepertiga orang berkata bahwa mereka percaya terdapat muslim menjalankan no-go zones, dan meningkatnya antisemitisme pada kelompok kiri. Yang mana telah kita tunjukkan dalam sebuah investigasi baru,” kata dia seperti dikutip dari The Gurdian.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement