REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) meminta materi khutbah atau ceramah di masjid-masjid tidak hanya membicarakan persoalan ritual keagamaan. Ketua umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu menyarankan, materi yang disampaikan kepada jamaah juga meliputi masalah-masalah ekonomi.
JK berpendapat, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah sehari-hari, tetapi juga sentra perbaikan kehidupan jamaah dan masyarakat di sekitarnya. Salah satu aspek yang mesti terus diperbaiki adalah peningkatan taraf ekonomi.
"Saya dulu pernah membuat suatu edaran bahwa sebaiknya khotbah atau ceramah-ceramah itu 60 persen agama, 40 persen itu (membahas) masalah-masalah ekonomi, masalah keduniaan. Bagaimana berusaha lebih baik," kata JK saat dalam acara silaturahim pemuda dan remaja di Masjid Raya Baitul Izzah, Bengkulu, Bengkulu, Ahad (17/2).
Menurut dia, materi ceramah yang berisi persoalan ekonomi juga merupakan bagian dari dakwah. Sebab, masalah ekonomi dapat berkaitan dengan ketakwaan umat.
Ada anggapan selama ini, kemiskinan dekat dengan kekufuran. Karena itu, JK menganjurkan adanya pelatihan-pelatihan kewirausahaan kepada jamaah di masjid-masjid.
"Yang bisa bayar zakat itu hanya orang yang berpendapatan. Karena kalau pendapatannya kurang, ya zakatnya kurang. Gimana bangun pesantren, masjid, dan lain-lain? Karena itu, harus didorong seperti itu," ujar dia.
Dia mencontohkan, pelatihan wirausaha berkonsep syariah kepada para jamaah. Dengan begitu, harapannya masyarakat dapat memiliki penghasilan secara mandiri.
"Setiap Jumat, misal, bank syariah datang menjelaskan tentang bagaimana kesempatan ekonomi, kemudian dia buka kios disini, bergabung. Banyak hal-hal yang bisa dilakukan," kata pria kelahiran Sulawesi Selatan itu.
Umat Islam saat ini dipandangnya masih tertinggal dari segi berwirausaha. Padahal, Rasulullah SAW sebagai pembawa risalah Islam adalah seorang pedagang yang sukses. Maka dari itu, penting sekali bagi kaum Muslimin untuk meneladani kehidupan Nabi SAW, termasuk dalam aspek ekonomi.
"Semua tahu itu bagaimana Rasulullah berdagang dari Syam--Syria, Suriah (namanya) sekarang. Karenanya, perlu upaya kita ke depan, bagaimana ekonomi menjadi baik dan bagaimana mendapat kemakmuran dari ekonomi. Itulah maka selalu saya katakan, bahwa saudara-saudara, ikutilah sunnah Rasul, (yakni) berdagang," ucap JK.