Rabu 13 Feb 2019 07:12 WIB

Membaca Mu'jam Al-Buldan, Kamus Ensiklopedia Geografi

faktor yang melatarbelakangi kitab ini akurasi dan identifikafi tempat.

Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah menciptakan bumi sebagai tempat berpijak bagi para makhluknya. Tiap belahan bumi dihuni oleh penduduk dengan karakter yang berbeda-beda sesuai latar belakang alam dan kondisi lingkungan yang memengaruhinya.

Fenomena tersebut merupakan nikmat sekaligus tantangan bagi manusia sebagai hamba Allah agar mereka mengambil pelajaran dan hikmah. Katakanlah: ‘Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.’ (QS Al-An’am (6): 22)

Seruan melihat dan merenungi penciptaan alam semesta mendorong kalangan cendekiawan Muslim melakukan penelitian dan observasi terhadap alam raya, termasuk mempelajari bumi sebagai tempat bernaung manusia. Tak terkecuali Yaqut Al-Hamawi, seorang intelektual Muslim yang memberikan sumbangsih berharga melalui karyanya yang sangat fenomenal bertajuk Mu’jam Al-Buldan.

Karya monumental ini, diselesaikan Al-Hamawi pada 20 Safar 261 H. Al-Hamawi mengarang kitabnya dengan serius dan tujuan mulia. Sekalipun awalnya tak tebersit keinginan menuangkan pengetahuannya dalam sebuah karya, tetapi bagi Al-Hamawi menulis sebuah ensiklopedia wilayah adalah sebuah tuntutan dan kewajiban.

Menurut dia, faktor yang melatarbelakangi penulisan Mu’jam Al-Buldan, yaitu akurasi dan identifikasi tempat. Pada 615 H, tatkala sedang berada di majelis pengajian Syekh Fakhr Al-Din Abu Al-Mudhaffir Abd Al-Rahim, dia ditanya tentang Hubasyah, salah satu pasar masyarakat masa jahiliyah yang dikutip dalam hadis Nabi SAW.

Menurut dia, yang benar adalah Hubasyah bukan Habasyah. Karena, Hubasyah sesuai dengan makna aslinya yang berarti sekelompok masyakakat dari berbagai kabilah. Namun, pendapatnya tersebut dibantah oleh sebagian ahli hadis. Menurut mereka, kata yang tepat adalah Habasyah.

Setelah melakukan riset dan pengecekan melalui berbagai literatur yang berkaitan, seperti kitab tentang gharaib al-hadits dan dialek bahasa, Al-Hamawi mendapati pendapat apa yang disampaikan tentang Hubasyah, sangat tepat. Berangkat dari kejadian ini, Al-Hamawi memandang perlu menulis sebuah kitab yang menguraikan dan memberikan informasi terkait suatu wilayah.

Selain itu, Al-Hamawi mengatakan, salah satu faktor yang mendorong penulisan Kitab Mu’jam Al-Buldan lantaran kajian geografi dapat dipakai sebagai barometer untuk menilai kualitas sebuah karya sastra dan menambah bobot hasil sastra yang disajikan. Tak heran, jika Al-Hamawi dalam kitabnya yang lain, yaitu Mu’jam Al-Udaba, sangat jeli mengutip nama daerah di tiap bait syair dan asal-usul tokoh yang dia kupas.

Dalam rangka menyempurnakan usahanya, Al-Hamawi tidak memulai dari nol, tetapi dia berpijak pada sejumlah kitab yang telah ditulis oleh ulama sebelumnya, antara lain karya Abu Said Al-Ashmai, Abu Al-Asy’at Al-Kindi, Abu Sa’id Al-Sairafi, dan Abu Ziyad Al-Kilabi. Selain merujuk kitab-kitab yang masih sejenis, Al-Hamawi juga menambahkan informasi berdasarkan pengalaman yang dia peroleh selama melakukan pengembaraan berkeliling dunia.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement