Sabtu 09 Feb 2019 10:40 WIB

Pentingnya Memuliakan Tamu

Saling bertamu menjadi sarana manusia mempererat tali silaturahim.

Ilustrasi silaturahim
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi silaturahim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saling bertamu menjadi sarana manusia mempererat tali silaturahim. Imam al-Ghazali menjelaskan, seyogianya, tamu yang di undang adalah bagian dari orang-orang bertakwa.

Meski begitu, mengundang tamu sebaiknya tidak dibatasi pada orang-orang kaya. Orang-orang fakir juga ha rus diikutsertakan seperti apa yang disampaikan Nabi SAW: "Makanan terburuk adalah makanan walimah (pesta/resepsi) tempat orang kaya diundang dan orang fakir dilarang."

Untuk mengundang tamu juga hendaknya tidak menyia-nyiakan sanak kerabat. Menyia-nyia kan mereka merupakan bentuk pengabaiaan dan pemutusan sila turahim. Dia juga semestinya mem perhatikan urutan dalam kawan-kawannya dan kenalannya.

Ketika mengkhususkan sebagian orang, bisa jadi menyinggung perasaan orang lain. Undangan pun hendaknya disampaikan dengan tidak bermaksud untuk bermegahan dan mem bang gakan diri. Undangan ini di maksudkan untuk menyambung hati para saudara dan menggemberikan orang-orang mukmin.

Di sisi lain, memenuhi undangan hukumya adalah sunnah muakad bahkan dikatakan wajib dalam beberapa kesempatan. Im am al-Ghazali menjelaskan ten tang lima adab memenuhi undangan. Pertama, seyogianya ia tidak membedakan orang kaya dan fakir dalam memenuhi undang an. Sikap tersebut merupakan kesombongan yang terlarang.

Kedua, janganlah dia tidak mau memenuhi undangan dengan alasan jauhnya jarak, sebagai mana keengganannya memenuhi undangan karena status pengundang.

Selama jarak masih dapat ditempuh menurut kebiasaan, tidak sepatutnya ia tak menghadirinya. Ketiga, jangan sampai tidak memenuhi undangan de ngan alasan sedang berpuasa. Jika berbuka puasa membuat hati saudaranya gembira, hendaklah dia berbuka. Selama dia berniat untuk menggembirakan hati sau daranya, di samping segala niat puasanya, dia telah mendapatkan apa yang lebih utama.

Hanya, jika dia sedang mela kukan puasa wajib, hendaknya dia menyampaikan alasan itu ke pada saudaranya. Ibnu Abbas RA berkata, "Di antara kebaikan pa ling utama adalah memuliakan kawan-kawan duduk dengan ber buka puasa." Jadi, berbuka puasa dengan niat ini adalah ibadah dan akhlak yang baik. Pahalanya, di atas pahala puasa sunah.

Keempat, hendaknya ia tidak memenuhi undangan jika makan annya subhat. Hal lainnya adalah acara undangan diselenggarakan di tempat yang mungkar atau si pengundang adalah orang zalim dan fasik. Kelima, janganlah ia menghadiri undangan dengan mak sud memenuhi syahwat pe rut. Wallahu a'lam.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement