Senin 04 Feb 2019 08:10 WIB

Inilah Buah Istiqamah

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan setiap Mukmin untuk istiqomah.

Ustaz Edi Lc mengisi pengajian Majelis Ta'lim Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Jumat (1/2).
Foto: Dok MT Al Ikhas
Ustaz Edi Lc mengisi pengajian Majelis Ta'lim Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Jumat (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sesunguhnya nikmat Allâh Ta’ala kepada hamba-hamba -Nya tidak terbatas. Di antara nikmat yang paling besar adalah nikmat iman dan Islam. “Demikian juga nikmat istiqomah di atas iman,” kata Ustaz Edi Lc, saat mengisi pengajian Majelis Ta’lim Al Ikhlas di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/2). 

Ia menambahkan, istiqomah adalah meniti jalan yang lurus, yaitu agama yang lurus, dengan tanpa membelok ke kanan atau ke kiri. Dan istiqomah mencakup melakukan semua ketaatan yang lahir dan yang batin dan meninggalkan semua perkara yang dilarang. 

Allah menegaskan dalam Alquran,  “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: 'Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”  (QS Fushilat: 30)

Ustaz Edi menyebutkan, ada beberapa buah sikap istiqomah, yakni mendapatkan ketenangan,  tidak ada rasa ketakutan, dan mendapatkan kabar gembira dengan surga yang telah dijanjikan Allah. “Selain itu, dilapangkan rezekinya di dunia, dan diberikan ketenangan hati,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (2/2).

Ustaz Edi menyebutkan, beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh setiap Mukmin untuk meraih istiqomah, yakni  melakukan kebaikan-kebaikan, sibuk dengan mempelajari ilmu syar'i, khlas dalam berilmu dan beramal, berdoa, dan rajin membaca Alquran.  “Selain itu, berteman dengan teman yang baik, dan seimbang dalam beramal,” tuturnya.

Ustaz Edi juga mengingatkan hal-hal yang menghalangi istiqomah, yakni  sering berbuat dosa (maksiat), dan sibuk urusan  dunia, sehingga  lupa dengan akhirat. “Selain itu, perantara buruk, seperti lingkungan/ masyarakat, keluarga dan teman yang buruk,” tegas Ustaz Edi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement