REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) untuk menjaga persatuan dan persaudaraan. Persatuan dan persaudaraan penting dijaga mengingat banyaknya perselisihan antarmasyarakat di tahun politik saat ini. Ia pun meminta agar perbedaan pilihan politik tak merusak persatuan dan persaudaraan yang telah lama terjalin.
Hal ini disampaikan Presiden saat menghadiri peringatan maulid Nabi Muhammad SAW dan hari lahir ke-73 muslimat Nahdlatul Ulama serta doa untuk keselamatan bangsa di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Ahad (27/1).
"Marilah kita jaga ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyah. Jangan sampai karena perbedaan tadi kita tidak seperti saudara," ujar Jokowi.
(Baca: Yenny Wahid: Doa Bersama Jadi Energi Besar Bagi Indonesia)
Presiden mengatakan, menjelang tahun politik ini banyak masyarakat saling menghina dan mencela antarsesama. Karena itu, ia mengingatkan agar masyarakat saling menghormati perbedaan pilihan politik. Apalagi, lanjut dia, Indonesia merupakan negara dengan masyarakat yang majemuk.
"Marilah kita menjaga nilai toleransi menghargai, menghormati di antara suku yang ada dan di antara perbedaan agama," ujarnya.
Sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, Jokowi juga mengingatkan agar masyarakat menunjukan Islam yang moderat dan tak menjadi radikal.
"Tadi disampaikan mengenai moderasi Islam, tidak yang radikal, tidak ekstrim. Tapi mampu menghargai menghormati saudara kita lain yang berbeda-beda suku, adat, tradisional, dan bahasa," tambahnya.