REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Panitia Pelaksanaan Maulidurrasul dan Harlah Ke-73 Muslimat Nahdlatul Ulama Yenny Wahid menyebut peran Muslimat NU dalam mengukuhkan manhaj Ahlussunnah Waljamaah An-Nahdliyyah amatlah penting.
Menurut Yeny, sebagai madrasah pertama bagi keluarga, Muslimat menjadi pendidik yang hendaknya mengajarkan anak-anaknya dengan nilai Islam yang tasamuh (toleran), tawasuth (moderat), tawazun (seimbang), dan itidal (lurus).
"Dengan begitu akan terwujud Islam yang rahmatan lil alamin. Menguatkan Aswaja adalah menguatkan bangsa, bahkan dunia," kata Yenny saat membacakan sambutannya di acara Harlah Ke-73 Muslimat NU di Studion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad (27/1).
Di keluarga, katanya, perempuan juga identik dengan doa. Putri Presiden ke-4 Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini menyebut hari-hari perempuan diisi oleh doa untuk suami dan anak-anaknya.
Maka melalui Harlah Ke-73 Muslimat yang diisi oleh pembacaan doa bersama atau istighatsah kubro ini pun merupakan energi besar bagi Indonesia.
"Hari ini Indonesia beruntung Muslimat berdoa bagi keselamatan bangsa dan negara. Bermunajat mengetuk pintu langit, baik yang di GBK atau di pondok pesantren masing-masing," kata dia.
Dia pun mengaku salut atas keikhlasan dan perjuangan para ibu-ibu Muslimat untuk bisa sampai di GBK. Menurut Yenny, mereka datang tanpa kenal lelah, membawa keinginan sederhana berkhdimat bagi negara nusa dan bangsa.
"Hadir dengan kesederhanaan dan gembolan masing-masing. Semalam diguyur hujan enggak goyah. seperti lagu dangdut, baju satu kering di badan, jangan lupa cintaku Muslimat. Hari ini Jakarta jadi ijo royo-royo," kata Yenny menyitir warna hijau yang merupakan warna kebanggaan warga NU.