REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu ketika, salah satu sahabat Abdullah bin Amr bin Ash per nah bertekad untuk berpuasa setiap hari dan shalat tahajud sepanjang malam. Mengetahui cerita Abdullah, Nabi SAW langsung menegurnya, "Jika kamu lakukan tekadmu itu, membuat matamu cekung dan jiwamu kecapekan. Tidak ada puasa bagi orang yang me la kukan puasa dhar (puasa setiap hari)."
(HR Bukhari). Dalam buku berjudul 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni, dikisahkan jika pada suatu hari Rasulullah memanggilnya, dan menasihatinya agar tidak berlebihan dalam beribadah.
Rasulullah SAW bertanya, "Kabarnya engkau selalu puasa di siang hari tak pernah berbuka, dan shalat di malam hari tak pernah tidur? Cukuplah puasa tiga hari setiap bulan!" Abdullah berkata, "Saya sanggup lebih banyak dari itu." "Kalau begitu, cukup dua hari dalam seminggu."
"Aku sanggup lebih banyak lagi." "Jika demikian, baiklah kamu lakukan puasa yang lebih utama, yaitu puasa Nabi Daud, puasa sehari lalu berbuka sehari!" Dan, benarlah ketika Abdullah bin Amr dikarunia usia lanjut, tulang-belulangnya menjadi lemah. Ia selalu ingat nasihat Rasulullah dulu. "Wahai malang nasibku, kenapa dulu tidak melaksanakan keringan an dari Rasulullah."
Abdullah merupakan sosok yang taat beribadah. Keislamannya bahkan mendahului sang ayah, Amr bin Ash. Dia pun memusatkan perhatiannya terhadap Alquran. Setiap turun ayat, dihapalkan dan diusahakan untuk memahaminya. Hingga setelah semuanya selesai dan sempurna, ia pun telah hapal seluruhnya.
Tak hanya itu, Abdullah kerap bersemangat di medan jihad. Apabila tentara Islam maju ke medan laga untuk menghadapi orang-orang musyrik yang melancarkan peperangan dan permusuhan, ia akan berada di barisan terdepan. Ketika perang telah usai, ia akan ditemui di mana lagi di masjid atau mushala rumahnya.
Ia berpuasa di waktu siang dan mendirikan shalat di waktu malam. Lidahnya tak kenal akan percapakan soal dunia, walaupun yang tidak terlarang. Sebaliknya, lidahnya tiada henti berzikir kepada Allah, bertasbih dan memuji-Nya. Namun, ketika iba dahnya sudah keluar dari tuntunan syariat, Rasulullah SAW pun menegurnya.
Sikap berlebihan akan mengakibatkan kehancuran sebagaimana disebutkan Nabi SAW kepada para sahabatnya. Dari Ibnu Mas'ud Ra, Nabi SAW bersabda: "Binasa lah orang yang berlebih-lebihan." Tiga kali Rasulullah menyebutkan, hadis ini baik berita tentang kehancuran mereka ataupun sebagai doa untuk kehancuran mereka.
Syekh Yusuf Qaradhawi mengutip Imam Nawawi menjelaskan, orang-orang berlebihan ialah orang-orang yang ucapan dan perbuatan mereka terlalu dalam dan melampaui batas.
Menurut Qaradhawi, mereka adalah orang-orang yang terlalu dalam menanya kan masalah-masalah pelik yang jarang terjadi. Di antaranya, terlalu banyak me nyebutkan cabang-cabang suatu perma salahan yang tidak ada dasarnya dalam Alquran atau as-Sunnah. Permasa lahan nya sebenarnya jarang terjadi, tetapi terla lu banyak perhatian diberikan kepadanya.
Lebih parah lagi, menurut Qaradhawi, mereka membahas masalah-masalah tertentu yang diperintahkan oleh syariah un tuk mengimaninya tanpa mencari bagai m ananya. Di antaranya membahas sesuatu yang tidak punya bukti empiris di dunia, seperti pertanyaan terkait dengan hakikat hari kiamat, ruh, dan sebagainya.
Sabda Nabi SAW dari Ibnu Abbas, "Jauh kanlah diri kamu dari berlebih-le bih an dalam agama karena orang-orang sebelum kamu hancur hanya karena sebab berlebih-lebihan dalam agama.
Qaradhawi berpendapat, sikap berle bih-lebihan dalam agama akan mendorong tumbuhnya sikap memperketat masalahmasalah kecil dan mempersempit ruang orang-orang yang berbeda pendapat. Seba lik nya, sikap tidak toleran dan tidak mempersulit adalah termasuk faktor tumbuhnya persatuan dan keakraban.
Semangat ini menjadikan para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Dapat menolerir perbedaanperbedaan dalam masalah juz'iah dan tidak bersempit dada terhadap pendapat yang berbeda.