Sabtu 19 Jan 2019 22:10 WIB

JK Ungkap Alasan Mengapa Pengeras Suara Perlu Diatur

Pengeras suara yang berkualitas justru akan mendatakan kenyamanan buat jamaah.

Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) memberikan sambutan saat penutupan Rakernas Dewan Masjid Indonesia di Jakarta, Ahad (25/11/2018).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) memberikan sambutan saat penutupan Rakernas Dewan Masjid Indonesia di Jakarta, Ahad (25/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Wakil Presiden sekaligus Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) HM Jusuf Kalla meminta seluruh pengurus masjid memperhatikan kualitas serta memperbaiki sound system atau pengeras suara agar suara dikeluarkan bisa lebih berkualitas. 

"Sebagai negara penduduknya Islam paling besar, tentu masjid kita paling banyak di dunia ini. Jumlah saya tidak tahu persis, hanya Tuhan yang tahu, karena tiap hari bertambah dan sering kali tidak tercatat, tapi sudah mendekati 900 ribu," tutur Wapres di sela membuka Musyawarah Besar IMMIM ke -7 di Pondok Pesantren Putra IMMIM Makassar, Sabtu (19/1).

Pria disapa akrab JK ini mengatakan, bila diilustrasikan masuk masjid satu jam, 80 persen mendengarkan, 10 persen ibadah, dan 10 persen berdoa. Tetapi bila pengeras suara tidak maksimal tentu akan mengganggu kenyaaman jamaah dan masyarakat sekitarnya. 

"Orang berkata apa hubungannya masjid dengan sound system. 80 persen waktu mendengarkan, jadi kalau sound systemnya jelek, 80 persen itu akan jelek keadaannya, itu tidak dipahami pengurus masjid," ucap dia. 

Ia mencontohkan, kalau supir angkot ugal-ugalan, orang akan memiliki kesadaran dan mengucapkan astagafirullah, tetapi bila pengeras suara jelek saat khatib membacakan ceramah, maka orang-orang akan tidak fokus. 

"Kalau masjid sound system jelek, orang ketiduran. Ini salah satu solusi, bagaimana internal (sound sistem) diperbaiki. Karena itu, kita mau membantu, termasuk pak Amin Syam pengurus DMI di Sulsel akan membantu bagaimana sound system itu baik,"katanya. 

Salah satu upaya bagaimana melihat kondisi masjid secara baik, DMI akan memberikan bantuan kepada masjid-masjid yang kurang memiliki kualitas pengeras suara setelah memasukkan laporan dan didata. 

Menurut JK, di Indonesia mengapa masjid bertambah terus, mengapa jumlahnya hampir mencapai 900 ribu, itu karena rata-rata hitungannya dari 250 ribu orang, ada satu masjid berdiri. Bahkan jarak mesjid yang satu dengan lain hanya 500 meter di perkotaan, sehingga harus dikoordinasikan dengan baik. 

"Mengapa jumlah masjid banyak, itu karena hari libur berbeda. Sekiranya, hari libur kita Jumat masjid tidak sebanyak ini. Tapi hari Jumat hari kerja, hari ibadah, maka kita mesti ke masjid. Ini indikatornya maka semua kantor dan pemukiman ada masjidnya," beber Ketua PMI Pusat itu. 

JK juga menyinggung sering adanya kritikan suara pengajian di masjid dengan memperdengarkan suara pengajian keras bahkan terlalu panjang durasinya hingga setengah jam, apalagi menjelang shalat subuh. Pengajian juga diputar menggunakan rekaman tape recorder. 

"Cukuplah 15 menit sebelum subuh. Di Masjid Al Markaz tidak boleh pengajiannya pake tape, harus langsung dan tidak boleh lebih lima belas menit. Ini supaya orang pulang seperti, tentara, polisi dan pegawai serta pekerja malam lainnya tidak terganggu,"katanya.

Ia mengungkapkan bila suara pengajian terlalu kencang apalagi bila masjid berdekatan antara setengah kilo hingga satu kilo maka terjadilah tabrakan suara pengajian apalagi sama-sama dikencangkan.  

Untuk itu, DMI bersama IMMIM nantinya bagaimana mengatur kembali soal pengaturan pengeras suara di masjid-masjid, sebab bisa saja ada orang jengkel karena terlalu panjang durasi pengajiannya ditambah lagi pengeras suara tidak bagus. 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement